Ilmu Geografi Dalam Al-Qur’an

I.                   PENDAHULUAN
Di antara segi kemukjizatan al-Qur’an adalah adanya beberapa petunjuk yang detail sebagai ilmu pengetahuan umum yang telah ditemukan terlebih dahulu dalam al-Qur’an sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern. Teori al-Qur’an itu sama sekali tidak bertentangan dengan teori-teori ilmu pengetahuan modern.
Berdasarkan keyakinan kita, bahwa al-Qur’an yang besar itu bukanlah kitab ilmu alam, arsitek dan fisika, tetapi al-Qur’an adalah kitab petunjuk atau pembimbing dan kitab undang-undang dan perbaikan. Namun demikian, ayat-ayatnya tidak terlepas dari petunjuk-petunjuk yang detail kebenaran-kebenaran yang samar terdapat beberapa masalah alami, kedokteran, dan geografi, yang semuanya menunjukkan kemukjizatan al-Qur’an serta kedudukannya sebagai wahyu dari Allah.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Pengertian Ilmu Geografi
B.     Ilmu Geografi dalam al-Qur’an

III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ilmu Geografi
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu geo ("Bumi") dan graphein ("tulisan", atau "menjelaskan").
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subjek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
Menurut Eratosthenes, kata "geografika", kata itu berakar dari geo = bumi dan grafika = lukisan atau tulisan. Jadi, kata geografika dalam bahasa Yunani berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Eratosthenes dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi.
Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography (inggris), geographie (Prancis), die geographieldie erdkunde (Jerman), geografzel aardrijkskunde (Belanda), dan geographike (Yunani).
Geografi juga merupakan judul buku bersejarah dalam subjek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Claudius Ptolomeus (abad kedua). Pengertian ini masih bersifat umum dan belum memberikan gambaran yang tepat tentang arah dan tekanan kajian geografi.[1]

B.     Ilmu Geografi dalam al-Qur’an
1.      Persesuaian antara Awan, Hujan, dan Arus Angin
Allah Swt berfirman tentang angin sebagai pembawa hujan dan rahmat,
uqèdur Ï%©!$# ã@Åöãƒ yx»tƒÌh9$# #MŽô³ç0 šú÷üt/ ôytƒ ¾ÏmÏGuH÷qu ( #Ó¨Lym !#sŒÎ) ôM¯=s%r& $\/$ysy Zw$s)ÏO çm»oYø)ß 7$s#t6Ï9 ;MÍh¨B $uZø9tRr'sù ÏmÎ/ uä!$yJø9$# $oYô_t÷zr'sù ¾ÏmÎ/ `ÏB Èe@ä. ÏNºtyJ¨V9$# 4 šÏ9ºxx. ßl̍øƒéU 4tAöqyJø9$# öNä3ª=yès9 šcr㍞2xs? ÇÎÐÈ  
Artinya : “dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (Q.S. al-A’raaf : 57)

Allah Swt berfirman tentang angin sebagai nikmat,
ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»tƒ#uä br& Ÿ@Åöãƒ yy$tƒÌh9$# ;NºuŽÅe³t6ãB /ä3s)ƒÉãÏ9ur `ÏiB ¾ÏmÏFuH÷q§ y̍ôftGÏ9ur à7ù=àÿø9$# ¾Ín̍øBr'Î/ (#qäótGö;tGÏ9ur `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù ö/ä3¯=yès9ur tbrãä3ô±n@ ÇÍÏÈ  
Artinya : “dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahn kamu bersyukur.” (Q.S. ar-Ruum : 46)

Allah Swt berfirman tentang angin sebagai pengumpul awan,
ª!$# Ï%©!$# ã@Åöãƒ yx»tƒÌh9$# 玍ÏWçGsù $\/$ysy ¼çmäÜÝ¡ö6usù Îû Ïä!$yJ¡¡9$# y#øx. âä!$t±o ¼ã&é#yèøgsur $Zÿ|¡Ï. uŽtIsù s-øŠsqø9$# ßlãøƒs ô`ÏB ¾ÏmÎ=»n=Åz ( !#sŒÎ*sù z>$|¹r& ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±o ô`ÏB ÿ¾ÍnÏŠ$t7Ïã #sŒÎ) ö/ãf tbrçŽÅ³ö;tGó¡o ÇÍÑÈ  
Artinya : “Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu Lihat hujan keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (Q.S. ar-Ruum : 48)

Allah Swt berfirman tentang angin sebagai penghidup bumi,
ª!$#ur üÏ%©!$# Ÿ@yör& yx»tƒÌh9$# 玍ÏWçFsù $\/$ptxž çm»oYø)Ý¡sù 4n<Î) 7$s#t/ ;MÍh¨B $uZ÷uômr'sù ÏmÎ/ uÚöF{$# y÷èt/ $pkÌEöqtB 4 y7Ï9ºxx. âqà±Y9$# ÇÒÈ  
Artinya : “dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, Maka Kami halau awan itu kesuatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu.” (Q.S. Fathiir : 9) [2]

Allah Swt berfirman tentang bersihnya air hujan,
uqèdur üÏ%©!$# Ÿ@yör& yx»tƒÌh9$# #MŽô³ç0 šú÷üt/ ôytƒ ¾ÏmÏGyJômu 4 $uZø9tRr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB #YqßgsÛ ÇÍÑÈ }Å¿ósãZÏj9 ¾ÏmÎ/ Zot$ù#t/ $\GøŠ¨B ¼çmuÉ)ó¡èSur $£JÏB !$oYø)n=yz $VJ»yè÷Rr& ¢ÓÅ$tRr&ur #ZŽÏVŸ2 ÇÍÒÈ  
Artinya : “Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang Amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.” (Q.S. al-Furqaan : 48-49)

Ayat-ayat yang mulia di atas menerangkan dengan tegas bahwa angin membawa awan yang selanjutnya akan memberikan kabar gembira, yaitu hujan.
Ilmu pengetahuan modern telah menjelaskan sejauhmana terdapat keharmonisan antara awan, hujan, dan angin. Ini sebagaimana yang telah dahulu disebutkan dalam al-Qur’an dan dapat kita lihat di antara ayat-ayat ilmiah yang terdapat di dalamnya.
Kebanyakan pendapat menyatakan bahwa hujan itu turun dari langit. Tanpa terlintas di pikiran seorang pun bahwa anginlah yang mempengaruhi awan dan menimbulkan hujan. Hal itu berlangsung sampai ditetapkan dalam ilmu meteorologi akhir-akhir ini bahwa pengaruh terhadap awan dan turunnya hujan berasal dari pergerakan angin yang berkumpul di suatu tempat. Pembagian ilmiah yang terakhir tertuju kepada pengelompokan jenis awan dan hujan. Sifat-sifat itu sesuai dengan pergerakan arus angin yang menimbulkan hal tersebut. Maka, terjadilah awan yang bertumpuk-tumpuk tersebut disertai oleh arus angin vertikal.
Awan yang bertumpuk-tumpuk yang menyertai arus udara secara sempurna akan tegak lurus ke atas. Dari yang pertama akan timbul gerimis. Sedangkan, dari yang kedua akan turun hujan dalam arahnya yang lebih sempurna.
Para ilmuwan yakin bahwa ketika uap air yang diangkut angin semakin banyak, maka hujan akan turun secara alami. Pada saat itu tidak ada seorang pun yang membutuhkan turunnya hujan buatan.
Allah Swt berfirman,
ÞOçF÷ƒuätsùr& uä!$yJø9$# Ï%©!$# tbqç/uŽô³n@ ÇÏÑÈ öNçFRr&uä çnqßJçFø9tRr& z`ÏB Èb÷ßJø9$# ÷Pr& ß`øtwU tbqä9Í\ßJø9$# ÇÏÒÈ  
Artinya : “Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya?” (Q.S. al-Waaqi’ah : 68-69)[3]

2.      Kalender Syamsiyah dan Qamariyah
Al-Qur’an juga mengisyaratkan perbedaan perhitungan Syamsiyah dan Qamariyah, yaitu ketika al-Qur’an menguraikan kisah Ashhabul Kahfi (sekelompok pemuda yang berlindung ke sebuah gua). Allah Swt berfirman :
(#qèWÎ6s9ur Îû óOÎgÏÿôgx. y]»n=rO 7ps($ÏB šúüÏZÅ (#rߊ#yŠø$#ur $Yèó¡Î@ ÇËÎÈ  
Artinya : “dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (Q.S. al-Kahfi : 25)

Allah memberitahukan kepada Nabi-Nya yang mulia bahwa kisah beberapa orang yang tinggal di dalam gua itu (ashhabul kahfi) menetap di dalamnya selama tiga ratus tahun ditambah sembilan tahun lagi. Setelah orang-orang Nasrani di Najran mendengar cerita itu, mereka berkata, “Kalau yang tiga ratus tahun sudah kami ketahui, sedangkan yang sembilan tahun lagi tidak kami ketahui.” Maka, turunlah wahyu kepada Rasulullah Saw,
È@è% ª!$# ãNn=÷ær& $yJÎ/ (#qèVÎ6s9 ......( ÇËÏÈ  
Artinya : “Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua),” (Q.S. al-Kahfi : 26)

Sesungguhnya ayat ini telah disebut sejak 14 abad yang lalu. Sekarang kita akan mendengarkan apa yang dituturkan oleh ilmu pengetahuan modern,
“ Sebenarnya setiap 100 Syamsiyah ‘tahun matahari’ sama dengan 103 tahun Qomariyah ‘tahun bulan’, atau 300 Syamsiyah sama dengan 309 tahun Qamariyah.”
Inilah ketetapan yang terlambat dituturkan oleh ilmu pengetahuan modern zaman ini, setelah al-Qur’an menyebutkannya sejak 14 abad silam.[4]
Penanggalan Syamsiyah yang dikenal dengan Gregorian Calander yang yang baru ditemukan pada abad ke-16 itu, berselisih sekitar sebelas hari dengan penanggalan Qamariyah, sehinggga tambahan sembilan tahun yang disebut oleh ayat tersebut adalah hasil perkalian 300 tahun x 11 hari = 3.300 hari atau sekitar sembilan tahun lamanya. Demikian Nabi Muhammad Saw yang tidak pandai membaca dan menulis menyampaikannya melalui informasi Allah Swt.[5]
3.      Batas yang Timbul di Antara Lautan
Allah berfirman,
ylttB Ç`÷ƒtóst7ø9$# Èb$uÉ)tGù=tƒ ÇÊÒÈ   $yJåks]÷t/ Óˆyöt/ žw Èb$uÉóö7tƒ ÇËÉÈ   Ädr'Î7sù ÏäIw#uä $yJä3În/u Èb$t/Éjs3è? ÇËÊÈ  
Artinya : “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing . Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. ar-Rahmaan : 19-21)

uqèdur Ï%©!$# ylttB Ç`÷ƒtóst7ø9$# #x»yd Ò>õtã ÔN#tèù #x»ydur ìxù=ÏB Ól%y`é& Ÿ@yèy_ur $yJåks]÷t/ %Y{yöt/ #\ôfÏmur #Yqàføt¤C ÇÎÌÈ  
Artinya : “dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S. al-Furqaan : 53)[6]

Sesungguhnya Tangan (Kekuasaan) yang mengatur alam ini telah mengalirkan dua lautan, dan menjadikan di antara keduanya pembatas dan pemisah. Pembatas tersebut timbul dari sifat alamiah kedua lautan. Sedangkan, sifat alamiah alam ini yang telah diatur sangat rapi. Aturan-aturan tersebut berlangsung di bawah kekuasaan Sang Pencipta Yang Maha Bijaksana, yang membiarkan dua lautan yang tawar dan segar serta air lautan yang asin lagi pahit mengalir. Kemudian keduanya bertemu tanpa terjadi percampuran dan pembauran di antara keduanya. Bahkan, di antara keduanya ada pemisah. Sehingga, permukaan sungai kebanyakan lebih tinggi dari lautan. Tidak pernah terjadi sebalikny, kecuali pada beberapa kasus yang aneh.
Secara ilmiah, kepadatan air sungai yang sampai ke laut lebih kecil daripada kepadatan air laut yang asin. Maka, air sungai akan mengalir di atas air laut tanpa terjadi percampuran di antara keduanya. Dengan pengaturan yang teliti ini, maka air laut tidak akan meluap walaupun ia lebih banyak daripada air sungai yang darinyalah manusia hidup.
Salah satu keajaiban ciptaan Allah Swt adalah bahwa air sungai tidak akan terpengaruh oleh air laut yang akan menjadikannya asin. Tetapi, air laut bisa terpengaruh oleh air sungai.
Sebuah fakta menyatakan bahwa sungai Amazon mengalirkan airnya ke samudra Atlantik, dengan melintasi jarak 200 mil dengan cepat. Hal itu menjaga kesegaran air tawar di sepanjang lintasan tersebut. Di Teluk Arab ditemukan sebuah mata air yang muncul dari dalam teluk yang airnya asin, tetapi mata air tersebut tetap tawar dan segar.[7]

IV.             KESIMPULAN
Berdasarkan pada pemaparan teoritik yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi.
2.      Dalam al-Qur’an telah dijelaskan proses terjadinya siklus hujan, penganggalan Tahun Syamsiyah dan Qamariyah, Batas yang timbul di antara dua lautan sebagaimana telah dipaparkan secara jelas di atas. Dan masih banyak lagi fenomena-fenomena yang berkaitan dengan ilmu geografi dalam al-Qur’an yang tidak mungkin dijelaskan di makalah ini satu persatu.


DAFTAR PUSTAKA

Abdushshamad, Muhammad Kamil , Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an, Jakarta : Akbar,        2002, Cet.I
Shihab, M. Quraish, Mukjizat Al-Qur’an, Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2007, Cet. II
http://hanniyypurple.blogspot.com/2012/06/pengertian-geografi-menurut-para-ahli.html



                [1] http://hanniyypurple.blogspot.com/2012/06/pengertian-geografi-menurut-para-ahli.html
                [2] Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an, (Jakarta : Akbar, 2002) Cet. I, hlm. 107
                [3] Ibid. Hlm. 109
                [4] Ibid. Hlm. 117
                [5] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2007) Cet. II, Hlm. 195
                [6]Ibid. Hlm. 180
                [7] Op.cit. Muhammad Kamil Abdushshamad. Hlm. 128
Suka artikel ini ?

About Anonim

Admin Blog

Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Silakan berkomentar dengan sopan