I.
Pendahuluan
Al-Qur'an
diturunkan oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi semesta alam. Sebagaimana
Rasulullah yang kepadanya diturunkan Al-Qur'an adalah rahmat bagi semesta alam.
Allah SWT berfirman:
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
"Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam." [1]
Al-Qur'an ini menjadi rahmat, umumnya bagi
semesta alam dan khususnya bagi manusia. Dalam berbagai ayatnya, Al-Qur'an
banyak memperbincangkan tentang manusia dan rahasia kehidupannya dalam segala
aspek yang berkaitan dengannya. Misalnya tentang penciptaan manusia, kejiwaan
manusia, tujuan hidup manusia, dan lain sebagainya.
Sebagai
keutamaan dari kitab suci Al-Qur'an, kebenaran dari setiap kata dan kalimat
yang terdapat di dalamnya, dapat dibuktikan secara ilmiah. Para ilmuwan telah
banyak menemukan bukti-bukti ilmiah ini, sehingga dugaan orang-orang yang
menuduh Al-Qur'an dengan tidak benar dapat dibantah. Yang akan penulis bahas
berikut ini menyangkut salah satu aspek yang berkaitan dengan manusia, yaitu dalam
aspek penciptaan manusia.
II.
Permasalahan
1.
Bagaimana awal penciptaan manusia
di dalam al-Qur’an?
2.
Benarkah asal usul kisah Hawa
berasal dari tulang rusuk Adam?
III.
Pembahasan
1)
Asal-usul
manusia di dalam al-Qur’an
Allah SWT telah
menceritakan proses penciptaan manusia di dalam Al-Qur'an secara terperinci,
Allah berfirman,
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ (12)
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13)
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً
فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ
لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
"Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasuci Allah, Pencipta yang paling
baik."[2]
Dokter ahli
kandungan ternama di dunia menyebutkan, bahwa semua yang disebutkan di dalam
Al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah SAW tentang proses penciptaan manusia
adalah sesuai dengan yang ditemukan pada ilmu pengetahuan modern. Doktor
berkebangsaan Kanada, Keith Moore ini memiliki sebuah buku yang diterjemahkan
ke dalam delapan bahasa; dipelajari di sebagian besar universitas-universitas
di dunia. Dia menyampaikan pidato dengan tema "Keselarasan Ilmu Kandungan
dengan Apa yang Terdapat dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah" di Universitas
Al-Malik Faishal. Dia berkata, "Sungguh ilmu pengetahuan ini, yang
terdapat dalam Al-Qur'an, membuktikan kepada saya bahwa Al-Qur'an yang dibawa
oleh Muhammad datang dari sisi Allah, sebagaimana juga membuktikan bahwa
Muhammad adalah seorang rasul yang diutus oleh Allah."[3]
Al-Qur'an telah menegaskan bahwa
manusia diciptakan secara khusus. Allah SWT berfirman:
إذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ
. فَإِذَا
سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
.
"Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya
dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan
bersujud kepadanya." [4]
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:
وَٱللَّهُ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ۬ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٍ۬
"Dan Allah menciptakan kamu
dari tanah, kemudian dari air mani..."[5]
Kemudian, dalam ayat Al-Qur'an, kita mendapatkan bahwa Allah SWT menegaskan penciptaan manusia ini dengan menggunakan kata ‘Qad’ yang sebelumnya didahului dengan ‘lam’ yang memiliki fungsi penegasan (lâm ta’kîd). Allah SWT berfirman:
Kemudian, dalam ayat Al-Qur'an, kita mendapatkan bahwa Allah SWT menegaskan penciptaan manusia ini dengan menggunakan kata ‘Qad’ yang sebelumnya didahului dengan ‘lam’ yang memiliki fungsi penegasan (lâm ta’kîd). Allah SWT berfirman:
وَلَقَدۡ
خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ وَنَعۡلَمُ مَا تُوَسۡوِسُ بِهِۦ نَفۡسُهُ
"Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya."[6]
Demikianlah, Al-Qur'an menegaskan
kekhususan penciptaan manusia. Namun orang-orang sesat yang tidak mau mengakui
kebenaran Al-Qur'an menuduh Al-Qur'an bohong, karena menurut mereka, manusia
tercipta sebagai hasil dari evolusi makhluk lainnya. Makhluk yang mendahului
wujud asli manusia ini, mereka sebut sebagai ‘bapak’ bagi setiap binatang
menyusui.
Akan tetapi
kebohongan mereka, akhirnya terbongkar juga. Pada 1986, ketika para ahli
arkeologi menemukan sebuah fosil kera di Afrika, mereka menyimpulkan secara
tegas tanpa ada keraguan, bahwa antara kera dan manusia tidak ada hubungan sama
sekali dalam asal penciptaannya. Lihatlah bagaimana kebenaran senantiasa unggul
di atas kebatilan?
Al-Quran sendiri, ketika menceritakan tentang penciptaan manusia, petunjuk yang terkandung didalamnya mengandung kebenaran yang dapat dibuktikan secara ilmiah.[7]
Al-Quran sendiri, ketika menceritakan tentang penciptaan manusia, petunjuk yang terkandung didalamnya mengandung kebenaran yang dapat dibuktikan secara ilmiah.[7]
Kita perhatikan apa yang dikatakan
al-Quran tentang penciptaan manusia ini. Allah SWT berfirman:
وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ مِنَ ٱلۡمَآءِ
بَشَرً۬ا
"Dan Dia (pula) yang
menciptakan manusia dari air." (QS Al-Furqan: 54)
"Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani." (QS Faathir: 11)
"Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani." (QS Faathir: 11)
مِنۡہَا خَلَقۡنَـٰكُمۡ وَفِيہَا نُعِيدُكُمۡ وَمِنۡہَا نُخۡرِجُكُمۡ تَارَةً
أُخۡرَىٰ
"Dari bumi (tanah) itulah Kami
menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu pada kali yang
lainnya." (QS Thaaha:
55)
أَلَمۡ نَخۡلُقكُّم مِّن مَّآءٍ۬ مَّهِينٍ
"Bukankah Kami menciptakan kamu
dari air yang hina?" (QS Al-Mursalat: 20)
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ ,خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ
وَالتَّرَائِبِ
"Maka hendaklah manusia
memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar.
Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah
benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati)." (QS Ath-Thaariq: 5-8)
Dan banyak ayat lainnya yang
seluruhnya menunjukkan bukti ilmiah yang terdapat dalam Al-Qur'an. Misalnya,
dalam firman-Nya "Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air",
Allah SWT menegaskan bahwa asal penciptaan manusia adalah air. Ayat ini sesuai
dengan bukti ilmiah yang mengatakan bahwa kira-kira 75 persen dari berat
manusia adalah air.
Karenanya air sebagai asal segala
sesuatu yang diciptakan, merupakan unsur terpenting bagi setiap proses
kehidupan. Dalam tubuh manusia, air berfungsi untuk melunakkah bahan makanan
yang masuk ke dalam tubuhnya hingga mudah untuk dicerna.
Mengamati pembahasan Al-Qur'an
tentang penciptaan manusia, kita mendapatkan sebagian orang yang senantiasa
meragukan kebenaran Al-Qur'an, menentang apa yang telah disampaikan Al-Qur'an
tentang penciptaan manusia ini. Yaitu ketika mereka mengatakan bahwa Al-Qur'an
tidak konsisten dalam menyebutkan asal penciptaan manusia. Menurut mereka,
dalam salah satu ayat dikatakan: "Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan
kamu". Sedangkan dalam ayat lain disebutkan: "Dan Dia (pula) yang menciptakan
manusia dari air".
Dan dalam ayat lain dinyatakan:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. Dan dalam ayat
lain: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani”.
Bagaimana penafsiran atas beberapa ayat yang saling bertentangan ini?
Demikianlah mereka meragukan
kebenaran Al-Qur'an. Sebelum kami mematahkan argumen mereka, perlu kami
ingatkan hal penting berikut ini: Siapa pun yang ingin mendapatkan hakikat
kebenaran yang menyangkut suatu hal tertentu, maka pertama kali ia harus
melepaskan diri dari penilaian subyektifnya. Karena bagaimana ia akan berdialog
secara jujur dan obyektif dengan orang lain tentang sesuatu hal yang ia sukai?
Jika ia tidak mau melepaskan subyektifitasnya? Tentunya ia akan cenderung
membenarkan apa yang disukainya. Kemudian bagaimana ia akan berdialog secara
jujur dan obyektif tentang suatu hal yang ia benci? Jika ia tidak mau
melepaskan subyektifitasnya? Tentunya ia akan cenderung untuk menyalahkan apa
yang dibencinya.
Dan pada realitanya, memerhatikan
orang-orang yang memusuhi Islam dan menentang isi Al-Qur'an, kita hanya
mendapatkan sedikit dari mereka yang mau melepaskan subyektifitas mereka.
Sebaliknya, kita menemukan hati mereka telah dikuasai oleh kedengkian dan
kebencian kepada Islam.
Kedengkian yang menutupi mata hati
mereka, sehingga mereka tidak akan dapat menemukan kebenaran sejati yang mereka
idam-idamkan. Namun meski demikian, kami telah siap untuk mendiskusikan hal ini
dengan mereka secara ilmiah dan obyektif. Memerhatikan Al-Qur'an melalui
ayat-ayatnya yang membicarakan tentang penciptaan manusia, kita akan
mendapatkan bahwa ia senantiasa menggunakan kata ‘min’ yang memiliki arti ‘dari
sebagian’ (juz-iyyah). Ketika Allah SWT berfirman: "Dan Dia (pula) yang
menciptakan manusia dari air", maka kalimat ‘dari air’ berarti sebagian
unsur-unsur yang membentuk manusia, diambil dari air. Mengenai berapa persen
kadar air dalam penciptaan manusia, maka hakikatnya, hanya Allah SWT yang
mengetahuinya. Karena ‘penciptaan’ (al-khalqu) merupakan sifat yang hanya
dimiliki oleh Allah SWT.
Untuk mempermudah penjelasannya,
kami berikan contoh berikut: misalkan seseorang memliki bahan mentah A, lalu ia
mengolahnya menjadi bahan B, kemudian diubah sehingga menjadi bahan C dan
terakhir menjadi benda D. Tentang penciptaan benda D yang telah mencapai bentuk
jadinya, setelah mengalami beberapa proses perubahan, kita bisa saja mengatakan
bahwa D berasal dari bahan A, atau bahan B atau dari bahan C.
Bagi Allah-lah sifat yang Maha Tinggi. Dia berfirman:
Bagi Allah-lah sifat yang Maha Tinggi. Dia berfirman:
فَاطِرُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ
لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ
فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Tiada sesuatu pun yang serupa dengan
Dia. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS
Asy-Syuura: 11)
Sebagaimana kalau kita perhatikan
ayat lainnya, yang mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah (thîn)—"Sesungguhnya
Aku akan menciptakan manusia dari tanah"—kita mendapatkan hal yang sama,
yaitu penggunaan huruf ‘min’ yang menunjukkan arti kata ‘sebagian’.
Dan seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya, jenis tanah ini atau thîn adalah merupakan perpaduan antara air dan debu (turâb). Mengenai cara pencampurannya dan hakikatnya, serta kadar masing-masing unsur pembentuk manusia, maka hal itu tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Allah SWT.[8]
Dan seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya, jenis tanah ini atau thîn adalah merupakan perpaduan antara air dan debu (turâb). Mengenai cara pencampurannya dan hakikatnya, serta kadar masing-masing unsur pembentuk manusia, maka hal itu tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Allah SWT.[8]
2)
Asal usul kisah
Hawa berasal dari tulang rusuk Adam
Pengetahuan
sejak turun temurun bagi sebagian besar kaum Muslimin bahwa Hawa, ibu dari
sekalian umat manusia diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam. Sebagaimana
Hadits Rasulullah SAW,
فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ
ضِلَعٍ … -وَفِي رِوَايَةٍ- الْمَرْأَةُ كَالضِّلَعِ … (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ(
"Maka sesungguhnya perempuan itu
diciptakan dari tulang rusuk Adam Dalam satu riwayat: “Wanita itu seperti
tulang rusuk " (HR. Bukhari-Muslim)
Sebagian besar
ulama pun sering menyampaikannya di acara-acara ceramah bahwa memang Hawa
diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam, yang dari keduanya umat manusia
berkembang sampai hari kiamat kelak.
Beberapa da’i yang muncul di layar-layar kaca (TV) tidak sekalipun menyebutkan adanya perbedaan atau polemik ulama dan fuqaha (ahli fiqh) tentang asal penciptaan Siti Hawa sehingga pendapat tersebut sepertinya telah baku. Tapi beberapa ulama kontemporer tidak sependapat dengan keyakinan umum itu.
Beberapa da’i yang muncul di layar-layar kaca (TV) tidak sekalipun menyebutkan adanya perbedaan atau polemik ulama dan fuqaha (ahli fiqh) tentang asal penciptaan Siti Hawa sehingga pendapat tersebut sepertinya telah baku. Tapi beberapa ulama kontemporer tidak sependapat dengan keyakinan umum itu.
Masalah
penciptaan ummul bashar (ibu umat manusia) tersebut kembali
diangkat oleh sejumlah ulama belum lama ini. "Ibunda Hawa dari tulang
rusuk Nabi Adam adalah keyakinan yang keliru," kata DR. Abdul Ghani Shama,
seperti dikutip harian Al-Bayan, Jumat (20/4). Menurut Penasihat Menteri Wakaf
Mesir itu, keduanya diciptakan dari materi yang sama, sedangkan keyakinan yang
berkembang selama ini adalah berasal dari israiliyat (kisah-kisah yang tidak
jelas asalnya).
"Banyak kisah tentang penciptaan Hawa, sebagian menyebutkan dari tulang rusuk bengkok Nabi Adam, sebagian kisah menyebutkan dari tulang rusuk lurus. Ada juga yang menyebutkan bahwa saat Nabi Adam terbangun tiba-tiba di sampingnya telah ada Siti Hawa," kata DR. Aminah Nuseir.
"Banyak kisah tentang penciptaan Hawa, sebagian menyebutkan dari tulang rusuk bengkok Nabi Adam, sebagian kisah menyebutkan dari tulang rusuk lurus. Ada juga yang menyebutkan bahwa saat Nabi Adam terbangun tiba-tiba di sampingnya telah ada Siti Hawa," kata DR. Aminah Nuseir.
Guru besar
Aqidah dan Filsafat di Universitas Al-Azhar Kairo itu mengingatkan bahwa
kisah-kisah tersebut tidak ada dasarnya semuanya adalah 'israiliyat' yang tidak
bisa dijadikan dasar. "Akidah Muslim yang benar adalah baik Adam maupun
Hawa berasal dari nafsun wahidah (yang satu) yang sangat jelas dipaparkan oleh
Al-Qur'an. Jadi tidak perlu ditafsirkan dengan kisah-kisah yang tidak
jelas," katanya.
Hal senada juga
ditandaskan oleh pakar Muslim, Abdul Fatah Asakir. "Pendapat sebagian ulama yang menyebutkan Hawa dari tulang rusuk
Nabi Adam, tidak tepat, karena ia diciptakan dari jenis yang sama".
Menurut dia, sejumlah hadis yang menjadi sandaran sebahagian ulama tentang Siti
Hawa sanadnya (penukil hadis) lemah. Ia menyebutkan sejumlah hadis tersebut
yang ia ragukan keabsahannya.
IV.
Kesimpulan
Al-Qur’an
telah menjelaskan tentang tahap-tahap penciptaan manusia. Para dokter juga
membenarkan tentang tahap-tahap penciptaan manusia tersebut dan penjelasan
tentang tahapan-tahapan penciptaan manusia tersebut sinkron dengan ilmu
pengetahuan saat ini.
Menurut
ulama’ modern, Hawa tidak diciptakan dari tulang rusuk Adam, karena mereka
menganggap bahwa kisah yang berkembang tentang hal tersebut adalah israiliyat (kisah-kisah yang tidak
jelas asalnya).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anu
al-Kariim
Shahih Bukhari, Maktabah Syamilah
Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon