BUMI DALAM AL QUR’AN

I.                   PENDAHULUAN
       Al Qur’an merupakan kitab yang di turunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw yang mengandung mu’jizat terbesar dan sangat luar biasa di alam semesta ini,di dalamnya terdapat berbagai macam hikmah yang mana banyak orang menyelami dan mengarungi luasnya samadera ilmu pengetahuan di dalamnya.[1] hal ini di buktikan banyaknya penemuan yang terdapat pada kandungan  ayat-ayat Al Qur’an yang mencakup segala aspek di dunia ini  baik sosial,budaya,ekonomi,bahkan juga mencakup saints modern.
      Dengan melihat seluruh aspek yang ada di dalam Al Qur’an ,tentunya ada salah satu aspek yang cukup menarik perhatian  yaitu kecocokan dan pembuktian secara ilmiah antara ayat-ayat Al Qur’an dengan ilmu pengetahuan saints modern. Adanya pembuktian secara ilmiah ayat-ayat al qur’an memberikan dampak yang luar biasa terhadap keimanan seorang hamba kepada Allah swt sebagai tuhan segala pencipta. dan disisi lain juga dapat menambah wawasan keilmuan seseorang tentang suatu fenomena ilmiah yang terkandung didalam ayat tersebut.[2],dari sekian fenomena ilmiah yang terkandung di dalam Al Qur’an diantaranya adalah ayat-ayat yang membahas tentang bumi.

II.                PEMBAHASAN
A.    Ayat –ayat Al Qur’an tentang Bumi
1.      Ayat tentang Bumi
ûÈõs9ur NßgtFø9r'y ô`¨B t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur t¤yur }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur £`ä9qà)us9 ª!$# ( 4¯Tr'sù tbqä3sù÷sムÇÏÊÈ  
 Artinya “ Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)”.( Qs.AlAnkabut : 61)
         Secara harfiah, kata Khalaqa merupakan bentuk kata lampau yang berarti telah menciptakan.dari kata ini,kita dapati pula kata khalq ( penciptaan),khaliq ( Pencipta), dan makhluq (ciptaan).Para Ulama’  kalam (Teolog islam) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan penciptaan dalam kata ini merupakan af’al  ( perbuatan ) khusus hanya untuk Allah swt saja,dan tidak untuk yang lain .Proses penciptaan ini,menurut mereka dari sesuatu yang sebelumnya tidak ada. sementara para filosof muslim,mempunyai pendapat yang berbeda.menurut mereka,sesuai dengan informasi Al Qur’an ,penciptaan merupakan proses menjadikan sesuatu dari materi yang sudah ada.[3]
         Secara harfiah ,kata Al Ard berari bumi,yaitu salah satu planet yang merupakan anggota tata surya.Dalam Al Qur’an,kata ini selalu disebut dalam bentuk mufrad atau tunggal.karena itu,ada yang berpendapat bahwa bumi itu hanya satu,bukan tujuh seperti langit,Namun demikian ,bumi menurut ilmu kebumian ( geologi) terdiri dari beberapa lapisan.Dalam Al Qur’an juga disebutkan bahwa sebagian bumi terdiri dari tujuh lapis seperti halnya langit yang terdiri dari tujuh lapis.sampai saat ini,baru planet bumi yang diketahui sebagai tempat yang dihuni makhluq hidup,termasuk manusia.Hal ini sejauh yang diketahui kerana bumi merupakan satu-satunya planet yang banyak mengandung air dan oksigen.[4]
       Secara harfiah, kata Sakhhara digunakan dalam arti menggiring sesuatu dan menjadikannya tunduk terhadap apa yang dikehendaki oleh yang menundukkannya.[5]
   
2.      Ayat tentang Penciptaan Bumi
a.      Surat Yunus : 3
¨bÎ) ÞOä3­/u ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Îû Ïp­GÅ 5Q$­ƒr& §NèO 3uqtGó$# n?tã ĸöyèø9$# ( ãÎn/yムtøBF{$# ( $tB `ÏB ?ìÏÿx© žwÎ) .`ÏB Ï÷èt/ ¾ÏmÏRøŒÎ) 4 ãNà6Ï9ºsŒ ª!$# öNà6š/u çnrßç6ôã$$sù 4 Ÿxsùr& šcr㍩.xs? ÇÌÈ  
Artinya : “ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran”  ( Qs.Yunus : 3)[6]

         Pada permulaan ayat ini, Allah menegaskan bahwa dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari ( ستة ايام).hari yang dimaksud sebagai rentang penciptaan,bukan seperti hari yang dipahami manusia saat ini,yaitu hari sesudah terciptanya langit dan bumi.dengan demikian yang dimaksud dengan hari pada ayat ini adalah masa sebelum itu.hari atau masa yang di sebut dalam ayat ini hanya dalam tuntunan agama,[7] hanya Allah saja yang mengetahui berapa lamanya.
      Menurut Dr. Mourice Bacaille menyatakan bahwa makna dari kata  أيام   berarti beberapa hari,atau waktu yang tak terbatas,tetapi lama atau juga  menunjuk pada periode .[8]  
      Menurut Prof. Muhammad Quraish Shihab menyatakan bahwa makna dari kata (ستة ايام)  adalah enam kali dalam 24 jam,kendati ketika itu matahari,bahkan alam raya belum lagi tercipta.dengan alasan bahwa ayat ini ditujukan kepada manusia ,dan menggunakan bahasa manusia.[9]
      Menurut Dr.Wahbah Az Zuhaily menyatakan bahwa makna dari kata (ستة ايام) adalah sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al Qur’an ,ada yang mengatakan bahwa beberapa hari sebagaiamana yang ada dalam kehidupan manusia ini, dan ada juga yang mengatakan bahwa setiap harinya sama dengan seribu tahun menurut perhitungan,dan adapun yang paling shahih hanya Allah swt yang tahu.[10]
       Didalam Al Qur’an juga terdapat beberapa ayat yang menyebutkan berbeda-beda mengenai  satu hari di sisi Allah swt, ada ayat yang mengatakan  seribu tahun ( Qs.Al Hajj : 47),bahkan 50.000 tahun ( Al Ma’arij :4 ).[11] tentang hal ini,Ahmad Musthafa Al Marghi dalam Tafsir Al Maraghi menerangkan bahwa penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya terjadi dalam enam perode,dan setiap periode belum diketahui berapa ribu tahun lamanya.[12]
         Enam masa atau enam periode adalah proses penciptaan alam semesta sejak pertama kali sampai penciptaan manusia sebagai jenis makhluq terakhir yang dicitakan oleh Allah swt.ini tidak berarti Allah swt perlu waktu tuntuk meciptakan makhluqnya.sebab dengan mengucapkan kun ( Jadilah )segala yang dikehendakiNya pasti jadi ( Yasin : 82). Allah swt menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya dalam waktu enam masa atau periode  lebih untuk memberi petunjuk dan mendidik manusia bahwa segala sesuatu perlu proses atau waktu.Makin besar nilai yang dibuat atau dijadikan,tentu makin panjang proses dan waktu yang diperlukan.
        Para ahli ilmu pengetahuan kini telah banyak yang meneliti,mengetahui,kemudian menerangkan enam masa tahapan pembentukan alam hingga sempurna seperti sekarang,mulai dari Big Bang atau dentuman besar dari Singularity,sampai terbentuknya tata surya dan planet-planet.Namun para ahli masih berbeda dalam member nama tahapan-tahapan masa atau periode tersebut.tentang hal ini,para ahli ilmu pengetahuan ruang angkasa berusaha menghubungkan konsep enam masa penciptaan langit dan bumi dengan informasi dalam Firman Allah swt Qs.An Naziat : 27-33 sebagai berikut :
÷LäêRr&uä x©r& $¸)ù=yz ÏQr& âä!$uK¡¡9$# 4 $yg8oYt/ ÇËÐÈ   yìsùu $ygs3ôJy $yg1§q|¡sù ÇËÑÈ   |·sÜøîr&ur $ygn=øs9 ylt÷zr&ur $yg9ptéÏ ÇËÒÈ   uÚöF{$#ur y÷èt/ y7Ï9ºsŒ !$yg8ymyŠ ÇÌÉÈ   ylt÷zr& $pk÷]ÏB $yduä!$tB $yg8tãötBur ÇÌÊÈ   tA$t7Ågø:$#ur $yg9yör& ÇÌËÈ   $Yè»tGtB ö/ä3©9 ö/ä3ÏJ»yè÷RL{ur ÇÌÌÈ  
Artinya “  Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya,Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.. ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,. (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” ( Qs.AnNaziat  : 27 -33)
         Menurut ahli astronomi,ayat diatas member petunjuk tentang kronologis enam proses penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya. Masa Pertama dipahami dari ayat 27 yang member petunjuk tentang penciptaan alam semesta dengan peristiwa Big Bang, yaitu ledakan besar  sebagai awal lahirnya ruang dan waktu,termasuk materi.Masa Kedua dipahami dari ayat 28 yang memberi  petunjuk tentang pengembangan alam semesta,sehingga benda-benda langit makin berjauhan ( dalam bahasa awam berarti langit makin tinggi ) ‘ lalu menyempurnakannya.” Member pengertian bahwa pembentukan benda langit bukanlah proses sekali jadi,tetapi proses evolutif ( perubahan bertahap,dari awan antar bintang,menjadi bintang,lalu akhirnya mati dan digantikan generasi bintang-bintang baru). Masa Ketiga diperoleh petunjuk dari ayat 29 tentang adanya tata surya yang juga bintang – bintang lain. Masa ini adalah masa penciptaan matahari yang bersinar dan bumi ( serta planet-planet lainnya) yang berotasi sehingga ada fenomena malam dan siang. Masa Keempat diperoleh petunjuk dari ayat 30 yang sepertinya menjelaskan proses evolusi bumi.setelah bulan terbentuk dari lontaran sebagian kulit bumi karena tumbukan benda langit lainnya,dan bumi dihamparkan mungkin saat lempeng benua besar Pangea mulai terpecah tetapi bisa jadi lebih tua dari Pangea. Masa Kelima dipahami dari ayat 31 yang memberi petunjuk tentang awal penciptaan kehidupan di bumi ( mengkin juga diplanet lain yang disiapkan untuk kehidupan) dengan menyediakan air. Masa Keenam diperoleh petunjuk dari ayat 32 dan 33 yang menjelaskan timbulnya gunung –gunung akibat evolusi geologi dan mulai diciptakannya hewan dan kemudian manusia.[13]

3.      Ayat tentang Rotasi dan Revolusi Bumi
a.      Qs.AnNaml:88

ts?ur tA$t7Ågø:$# $pkâ:|¡øtrB ZoyÏB%y` }Édur ßJs? §tB É>$ys¡¡9$# 4 yì÷Yß¹ «!$# üÏ%©!$# z`s)ø?r& ¨@ä. >äóÓx« 4 ¼çm¯RÎ) 7ŽÎ7yz $yJÎ/ šcqè=yèøÿs? ÇÑÑÈ  
Artinya: “ Dan kamu Lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs.Al-Naml : 88)[14]

     Ayat ini menyebut secara jelas bahwa gunung-gunung bergerak cukup cepat seperti halnya awan meski tidak bisa dilihat oleh mata manusia [15].Bumi dan semua makhluk di atasnya ,baik benda mati maupun makhluq hidup berotasi dengan kecepatan yang sama. kita menyangka bila gunung-gunung itu diam tidak bergerak,tetapi sebenarnya berotasi dan bergerak seperti bumi.
      Ada contoh sederhana untuk hal ini,kita membayangkan ada dua pesawat lepas landas dengan arah,tujuan,dan kecepatan yang sama.seorang penumpang di salah satu pesawat akan melihat dan menyangka pesawat lainnya diam tidak bergerak saat sama-sama mengudara.Demikian halnya dengan pergerakan bumi dan gunung-gunung.
     Atas dasar ini,matahari,bulan,dan bumi beredar pada lintasannya,atau menurut ungkapan Al Qur’an,garis edarnya masing-masing. kemu’jizatan Al Qur’an menunjukkan gerak perputaran bumi terdapat pada ayat “ Padahal ia berjalan seperti awan berjalan.” Satu kebenaran yang baru terungkap oleh Ilmu Astronomi pada abad ke 17 Masehi.[16]
b.      Qs. Al Anbiya’ : 33
uqèdur Ï%©!$# t,n=y{ Ÿ@ø©9$# u$pk¨]9$#ur }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur ( @@ä. Îû ;7n=sù tbqßst7ó¡o ÇÌÌÈ  
 Artinya : “ Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”[17]
       Allah swt menggambarkan pergerakan matahari,bumi,dan bintang-bintang dengan ungkapan yang sederhana dan tepat.[18]
c.       Qs.Al Ma’arij : 40
Ixsù ãNÅ¡ø%é& Éb>tÎ/ É-̍»t±pRùQ$# É>̍»tópRùQ$#ur $¯RÎ) tbrâÏ»s)s9 ÇÍÉÈ  
Artinya : “ Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat, Sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.”[19]
    Pada ayat diatas, kata Masyriq dan Maghrib menempati posisi sebagai mudhaf ilaih dan dihubungkan dengan huruf ‘athaf, yaitu wawu (و). Mudhafnya adalah rabbun ( jamak : arbaabun ) yang merupakan isim mashdar, yaitu rabba- yarubbu-rabban ( mengasuh,memimpin). Rabbun berarti Tuhan ,tuan , yang mengasuh ,yang memelihara,atau yang memiliki.
   Masyriq dan  Maghrib adalah isim waktu dan tempat ( ism zaman wa al makan ). Pertama , masyriqun ( jamak : masyaariqun) dari syaraqa- yasyruqu- syuruuqan (terbit), masyriqun berarti tempat atau waktu terbit .kedua maghribun ( jamak : maghaaribun) dari gharaba – yaghribu-ghuruuban ( terbenam, tenggelam,lenyap).maghribun berarti tempat dan waktu terbenam matahari.sebagai isim waktu,masyriqun berarti waktu fajar,sedangkan maghribun berarti saat maghrib.sebagai isim tempat ,masyriqun berarti timur ,sedangkan maghribun berarti barat atau nama negeri di benua Afrika,Maghribi.[20]
    Ayat ini mengisyaratkan bahwa bumi berputar pada porosnya ( rotasi ) dengan posisi miring dan bukan lurus.ia berotasi dengan membentuk sudut sekitar 23 derajat dari poros tegak ekliptika .akibat posisi miring bumi saat berotasi ini,muncullah pergantian musim,perbedaan lamanya malam dan siang serta masa tanam.berkat posisi miring ini pula ,semua tempat di permukaan bumi pasti pernah terkena paparan sinar matahari.[21]
       Akibat sudut kemiringan yang sama ( 230 ) saat bumi berputar mengelilingi  matahari (revolusi),terjadilah perbedaan tempat terbit dan terbenamnya matahari.Matahari tidak terbit dari satu titik yang sama lebih dari sehari,tetapi selalu bergeser setiap hari ke titik yang lain.Demikian pula halnya dengan titik terbenamnya matahari selama setahun.
d.      Qs. Al Baqarah : 164
¨bÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏG÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$yg¨Y9$#ur Å7ù=àÿø9$#ur ÓÉL©9$# ̍øgrB Îû ̍óst7ø9$# $yJÎ/ ßìxÿZtƒ }¨$¨Z9$# !$tBur tAtRr& ª!$# z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# `ÏB &ä!$¨B $uŠômr'sù ÏmÎ/ uÚöF{$# y÷èt/ $pkÌEöqtB £]t/ur $pkŽÏù `ÏB Èe@à2 7p­/!#yŠ É#ƒÎŽóÇs?ur Ëx»tƒÌh9$# É>$ys¡¡9$#ur ̍¤|¡ßJø9$# tû÷üt/ Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbqè=É)÷ètƒ ÇÊÏÍÈ  
Artinya : “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” ( Qs. Al Baqarah : 164).
      Secara harfiah,kata Ikhtilaf  merupakan bentuk masdar ( kata benda) yang bersumber pada kata kerja ikhtalafa  yang artinya menjadi khalifah ( pengganti),menjadikan dibelakang,datang secara berulang kali atau terus menerus,dan berbeda pendapat.dengan demikian ikhtilaf  artinya adalah yang datang bergantian,perbedaan pendapat,dan ini berlaku secara terus menerus.Pada ayat ini ,kata ikhtilaf  dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang pergantian malam dan siang yang terjadi terus menerus.pergantian ini terjadi secara berurut,yang artinya masing –masing akan datang sesudah yang lainnya,tanpa saling mendahului.Fenomena ini merupakan salah satu kekuasaan Allah yang telah menciptakan sesuatu dan menyempurnakan dengan aktivitas sesuai dengan prosesnya.sehubungan dengan pergantian siang dan malam, Allah telah menetapkannya sedemikian,sehingga tidak akan pernah diantara keduanya terjadi saling mendahului.[22]
      Ayat ini juga mengindikasikan bahwa bumi mengalami rotasi,hal ini ditunjukkan dengan pergantian malam dan siang[23] .

4.      Ayat tentang Bentuk Bulat Bumi
a.      Qs.AnNaziat : 30
uÚöF{$#ur y÷èt/ y7Ï9ºsŒ !$yg8ymyŠ ÇÌÉÈ  
Artinya : “ Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.” ( Qs.An Naziat :30)[24]
    Lafadz Daha  artinya menghamparkan. Pada  Surat An Naziat ini,kata dirangkaikan dengan obyek bumi yang ditunjukka dengan kata ganti ha (ها) sehingga maknanya menjadi bumi yang dihamparkannya.pengungkapan frase ini mengandung arti bahwa itu didatarkan,setelah sebelumnya dalam keadaan yang sangat tidak layak bagi tempat tinggal makhluq. Kemudian Allah swt menyempurnakannya dengan member kelengkapan-kelengkapan untuk kehidupan,sperti tanaman,air,udara,dan lain sebagainya.penyempurnaan bumi dengan segala isinya untuk kehidupan ini terjadi dalam dua masa.Perlu diingat bahwa sebelum penyempurnaan ini,Allah swt menciptakan bumi dalam dua masa pula.Namun ketika itu bumi masih dalam keadaan yang kasar dan belum layak huni.setelah menciptakan bumi,Allah swt kemudian menciptakan tujuh langit dalam dua masa.Seusai penciptaan bumi dan langit ini,Allah swt menyempurnakan kondisi bumi agar layak huni bagi seluruh makhluq,termasuk diantara yang akan menempatinya adalah manusia dan hewan-hewan.[25]
b.      Qs.Al Hijr : 19
uÚöF{$#ur $yg»tR÷ŠytB $uZøŠs)ø9r&ur $ygŠÏù zÓźuru $uZ÷Fu;/Rr&ur $pkŽÏù `ÏB Èe@ä. &äóÓx« 5brãöq¨B ÇÊÒÈ  
Artinya : Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.(Qs.Al Hijr : 19)[26]
c.       Qs.Al Hajj : 27
bÏiŒr&ur Îû Ĩ$¨Y9$# Ædkptø:$$Î/ šqè?ù'tƒ Zw%y`Í 4n?tãur Èe@à2 9ÏB$|Ê šúüÏ?ù'tƒ
`ÏB Èe@ä. ?dksù 9,ŠÏJtã ÇËÐÈ  
Artinya : Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,( Qs.Al Hajj : 27)[27]

d.      Qs. Al Zumar : 5
( âÈhqs3ムŸ@øŠ©9$# n?tã Í$pk¨]9$# âÈhqs3ãƒur u$yg¨Y9$# n?tã È@øŠ©9$# (
Artinya : “ Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam.” ( Qs.Al Zumar : 5 )

e.       Qs. Al Ma’arij : 40
Ixsù ãNÅ¡ø%é& Éb>tÎ/ É-̍»t±pRùQ$# É>̍»tópRùQ$#ur $¯RÎ) tbrâÏ»s)s9 ÇÍÉÈ  
Artinya :  “ Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat, Sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.” (Qs.Al Ma’arij : 40)

f.       QS. Yasin : 40
Ÿw ߧôJ¤±9$# ÓÈöt7.^tƒ !$olm; br& x8Íôè? tyJs)ø9$# Ÿwur ã@ø©9$# ß,Î/$y Í$pk¨]9$# 4 @@ä.ur Îû ;7n=sù šcqßst7ó¡o ÇÍÉÈ  
. Artinya : “ tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”

    Semua ayat ini mengisyaratkan bahwa bumi berbentuk bulat,bukan datar seperti anggapan banyak orang dahulu.kata Daha mempunyai kata turunan Dahiyyah yang berarti telur,sebagaimana ditegaskan kemudian oleh Ilmu Pengetahuan Modern.itu karena garis tengah bumi pada equator lebih panjang 42 Km dibandingkan panjang garis tengah antara dua kutub.[28]
    Kata Madadna berarti “ Kami menghamparkan bumi” atau “ Kami bentangkan”.Artinya bila kita pergi ke negeri manapun di dunia,Misalnya,Kita akan melihat di depan kita rata dan terhampar,dan itu mustahil terjadi bila bukan karena bumi berbentuk bulat .Andaikata bumi berbentuk kotak, segeitiga, segienam, dan bentuk geometris apa saja selain bulat,kita pasti tak akan melihat hamparan tanah di depan kita,melainkan tepi atau pinggiran bumi,dan kemudian angkasa.satu-satunya bentuk geometris yang memungkinkan tanah didepan kita tampak rata dan terhampar dimanapun kita menginjakkan kaki adalah bentuk bulat.Bila kita berjalan dari satu titik tertentu di permukaan bola dunia ( globe),lalu terus berjalan hingga sampai ke titik awal tempat kita mulai berjalan,kita pasti akan mendapati tanah di depan kita selalu berbentuk rata dan terhampar selama perjalanan.[29]
     “ Dan dari segenap penjuru yang jauh ( Fajj amiq)”. Pada ayat ini, Allah swt tidak berfirman Fajj ba’id,tapi Fajj amiq. Menurut kalangan ulama,penggunaan kata amiq sebagai ganti dari kata ba’id merupakan isyarat atas bentuk bulat bumi.Garis-garis permukaan bumi tidaklah lurus. tetapi lengkung, sedangkan garis lengkung butuh dimensi ketiga butuh permukaan dan kedalaman (umq). Atas dasar itu, pada ayat ini Allah mengisyaratkan bahwa bumi tempat hunian kita ini berbentuk bulat. 
    “  Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
       Demikianlah Allah swt telah menciptakan malam dan siang dalam bentuk saling menutup satu sama lain.mengingat malam dan siang sama-sama didapati di atas permukaan bumi,keduanya mustahil bisa saling menutup satu sama lain bila bukan karena bentuk bumi yang bulat,setengahnya gelap dan setengahnya lagi terang.[30]inilah kebenaran Al Qur’an yang dihadirkan di hadapan kita,setengah bumi berada dalam keadaan gelap dan setengahnya lagi dalam keadaan terang.seandainya siang dan malam mempunyai ruang yang tidak sama di permukaan bumi,dalam arti salah satunya terlihat lebih dominan dan satunya lagi menutup sebagian besar ruang,keduanya tentu tidak terdapat pada bentuk bulat.Dalam kondisi  seperti itu,keduanya pasti berada pada bentuk memanjang, segitiga, kotak atau bentuk lain sesuai luas ruang yang ditempati.kondisi serupa juga mungkin terjadi akibat perbedaan ruang yang dimiliki oleh malam dan siang.Tapi ayat “ Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam” menunjukkan bahwa setengah lingkaran bumi terkena malam dan setengah lingkaran lagi terkena siang,
    Penggunaan kata “menutupkan(yukawwir)malam” menunjukkan bahwa bumi berbentuk bulat.seandainya bumi berbentuk datar menghampar,tentu FirmanNya akan berbunyi ” membentangkan malam” sebab,bila kita menyelubungkan sesuatu di sekeliling lingkaran,kita tentu akan berkata “ Aku menyelubungkan ( Kawwartu) benda ini” jadi,takwir berarti penyelubungan dan perputaran di sekeliling sesuatu.
    Penyelubungan malam atas siang dan siang atas malam bersifat saling menyusul satu sama lain,terus menerus,dan berkelanjutan.Adapun Firman “ Dan malampun juga tidak dapat mendahului siang ” menjelaskan bahwa malam dan siang ada di dalam satu waktu .ini mengisyaratkan bahwa bumi harus berbentuk bulat.[31] 

5.      Ayat tentang Gravitasi Bumi
óOs9r& È@yèøgwU uÚöF{$# $·?$xÿÏ. ÇËÎÈ   [ä!$uômr& $Y?ºuqøBr&ur ÇËÏÈ  
  Artinya  : “ Bukankah Kami menjadikan bumi ( tempat ) berkumpul ( kifata ) bagi yang masih hidup dan yang sudah mati.” ( Qs.Al Mursalat : 25-26) 
      Kata كفاتا   kifatan terambil dari kata كفت yang pada mulanya berarti menghimpun .Patron kata ini menunjukkan tempat penghimpunan atau wadah.Bumi diibaratkan sebagai wadah yang menghimpun segala  isinya baik dipermukaan maupun didalam perutnya.[32] Diantara sifat bumi adalah menarik dan menghimpun.Ayat ini menjadi isyarat yang jelas atas adanya daya gravitasi bumi.segala sesuatu dipermukaan bumi akan ditarik dan tertarik olehnya.Berat suatu benda selalu sama dengan gaya gravitasi.Benda seberat 100 Kilogram di permukaan bumi akan memiliki berat seperenamnya di permukaan bulan.[33]

6.      Lapisan Bumi

ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ yìö6y ;Nºuq»oÿxœ z`ÏBur ÇÚöF{$# £`ßgn=÷WÏB ãA¨t\tGtƒ âöDF{$# £`åks]÷t/ (#þqçHs>÷ètFÏ9 ¨br& ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ¨br&ur ©!$# ôs% xÞ%tnr& Èe@ä3Î/ >äóÓx« $RHø>Ïã ÇÊËÈ  
 Artinya : Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.( Qs.Al Thalaq : 12 )
       Pada ayat diatas terdapat lafadz مثلهن yang mempunyai arti seperti itu pula,hal ini menunjukkan bahwa setiap unit langit sama halnya dengan setiap unit bumi dari segi penciptaan.[34]
       Ayat ini menyebut tujuh lapis langit sama banyaknya dengan jumlah lapisan bumi.kita telah melihat bahwa tujuh lapis langit berada dalam keseimbangan serasi antara satu dan yang lain,masing-masing melaksanakan tugasnya secara teratur.ayat ini juga memperlihatkan kesamaan langit dan bumi.[35] Bumi kita ini juga dibagi seperti halnya langit,dan kehidupan kita dimuka bumi bergantung pada lapisan-lapisan ini.
     Didalam ilmu geologi ditemukan kebenaran fakta pada angka tujuh yang di ungkapkan oleh Al Qur’an tentang jumlah lapisan bumi, adapun tujuh lapisan bumi tersebut yaitu,Pertama, lempeng oceania,kedua, lempeng benua,ketiga mantel bumi,keempat astenosfer,kelima mantel bawah,keenam lapisan inti luar,tujuh lapisan inti dalam.[36]

III.              KESIMPULAN
     Berdasarkan pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Lafadz Al Ard  yang berarti bumi adalah  salah satu planet yang merupakan anggota tata surya. Dalam Al Qur’an,kata ini selalu disebut dalam bentuk mufrad atau tunggal.karena itu,ada yang berpendapat bahwa bumi itu hanya satu,bukan tujuh seperti langit.
2.       Lafdz Sitati Ayyami ( ستة ايام) adalah hari yang dimaksud sebagai rentang penciptaan,bukan seperti hari yang dipahami manusia saat ini,yaitu hari sesudah terciptanya langit dan bumi.
3.      Ayat ini menyebut secara jelas bahwa gunung-gunung bergerak cukup cepat seperti halnya awan meski tidak bisa dilihat oleh mata manusia.Bumi dan semua makhluk di atasnya ,baik benda mati maupun makhluq hidup berotasi dengan kecepatan yang sama. kita menyangka bila gunung-gunung itu diam tidak bergerak,tetapi sebenarnya berotasi dan bergerak seperti bumi.
4.       Lafadz Daha yang artinya menghamparkan. Pada  Surat An Naziat ini,kata dirangkaikan dengan obyek bumi yang ditunjukka dengan kata ganti ha (ها) sehingga maknanya menjadi bumi yang dihamparkannya.
5.       Lafadzكفاتا  kifatan terambil dari kata كفت yang pada mulanya berarti menghimpun .Patron kata ini menunjukkan tempat penghimpunan atau wadah.Bumi diibaratkan sebagai wadah yang menghimpun segala  isinya baik dipermukaan maupun didalam perutnya.
6.       Ayat ini menyebut tujuh lapis langit sama banyaknya dengan jumlah lapisan bumi.
IV.             PENUTUP
             Demikianlah makalah tentang “Bumi dalam Al Qur’an ”  yang kami susun, tentunya dalam Makalah ini masih  terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun segi materinya. Maka dari itu , kami mohon kritik dan saran yang membangun agar dapat lebih baik lagi dalam penyusunan makalah selanjutnya.
V.                DAFTAR PUSTAKA
Al Qurthubi Syaikh Imam,Tafsir Al Qurthubi.terj.Amir Hamzah ,Jakarta : Pustaka Azam,2008

Al Zuhaily,Wahbah,Dr.,At Tafsir Al Munir : Fi’ Aqidah wa Asy Syari’ah wa Al Manhaj Vol.11-12,Damaskus,Dar Al Fikr,1991

Ath Thabari,Abu Ja’far Muhammad bin Jabir Ath Thabari, Tafsir Ath Thabari Vol.25,terj.Anshari Taslim.dkk.Jakarta : Pustaka Azam,2009

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al Qur’an dan Sains, Jakarta : PT.Sinergi Pustaka Indonesia ,2012
                                        
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Tafsir Ilmi Penciptaan Bumi dalam Perspektif Al Qur’an dan Sains, Jakarta : PT.Sinergi Pustaka Indonesia,2012
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya,Bandung : CV.Penerbit Diponegoro,2005
     Bucaille,. Maurice,Dr.,Bibel,Qur’an,dan Sains Modern, Jakarta : PT.Bulan Bintang,2001

     Purwanto,Agus.D.Sc,Nalar Ayat-ayat Semesta : Menjadikan Al Qur’an sebagai Basis   Konstruksi Ilmu Pengetahuan,Bandung: PT.Mizan Pustaka,2012
Shihab,Muhammad Quraish,, Al Lubaab : Makna,Tujuan,dan Pelajaran dari Al Fatihah dan Juz Amma, Jakarta : Lentera Hati,2008

_______________________,Tafsir Al Misbah : Pesan ,Kesan,dan Keserasian Al Qur’an,Vol 14, Jakarta : Lentera Hati,2002
_______________________,Tafsir Al Misbah : Pesan,Kesan,dan Keserasian Al Qur’an,Vol.10 , Jakarta : Lentera Hati,2002

_______________________, Tafsir Al Misbah : Pesan,Kesan,dan Keserasian Al Qur’an,Vol.5 , Jakarta : Lentera Hati,2002
____________________________, Wawasan Al Qur’an : Tafsir Mudhu’I Atas Pelbagai Persoalan Umat,Bandung : PT.Mizan Pustaka,2007

Taslaman,Caner, Miracle of The Qur’an : Keajaiban AlQur’an Mengungkap Penemuan-penemuan Ilmiah Modern,terj.Ary Nilandari Jakarta: PT Mizan Pustaka,2006
Thayyarah.Nadiah,Dr,Buku Pintar Sains Dalam Al Quran, Jakarta : Penerbit zaman,2013



[1] Muhammad Quraish Shihab, Al Lubaab : Makna,Tujuan,dan Pelajaran dari Al Fatihah dan Juz Amma,( Jakarta : Lentera Hati,2008),hlm.11
[2] Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an : Tafsir Mudhu’I Atas Pelbagai Persoalan Umat,(Bandung : PT.Mizan Pustaka,2007).hlm.8
[3] Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al Qur’an dan Sains,( Jakarta : PT Sinergi Pustaka Indonesia,2012),hlm.3
[4] Ibid.,hlm.9
[5] Muhammad Quraish Shihab,Tafsir Al Misbah : Pesan ,Kesan,dan Keserasian Al Qur’an,Vol 10( Jakarta : Lentera Hati,2002),hlm.130
[6] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya,( Bandung : CV.Penerbit Diponegoro,2005),hlm.166
[7]  Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al Qur’an dan Sains,( Jakarta : PT Sinergi Pustaka Indonesia,2012).4
[8] Dr. Maurice Bucaille,Bibel,Qur’an,dan Sains Modern,( Jakarta : PT.Bulan Bintang,2001).hlm.161
[9] Muhammad Quraish Shihab,Tafsir Al Misbah : Pesan ,Kesan,dan Keserasian Al Qur’an,Vol .5( Jakarta : Lentera Hati,2002),hlm.326
   [10] Dr. Wahbah Al Zuhaily,Wahbah,At Tafsir Al Munir : Fi’ Aqidah wa Asy Syari’ah wa Al Manhaj,(Damaskus,Dar Al Fikr,1991),hlm.103
[11] Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Tafsir Ilmi Penciptaan Bumi dalam Perspektif Al Qur’an dan Sains,( Jakarta : PT Sinergi Pustaka Indonesia,2012),hlm.20
[12]  Ibid.,hlm.21
[13]  Ibid.,hlm.22
[14] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya,( Bandung : CV.Penerbit Diponegoro,2005),hlm.307
[15] Dr.Nadiah Thayyarah,Buku Pintar Sains Dalam Al Quran,( Jakarta : Penerbit zaman,2013),hlm.451
[16] Ibid.,hlm.452
[17] Syaikh Imam Al Qurthubi,Tafsir Al Qurthubi.terj.Amir Hamzah ( Jakarta : Pustaka Azam,2008),hlm.755
[18] Op.Cit.,hlm.456
[19] Muhammad Quraish Shihab,Tafsir Al Misbah : Pesan ,Kesan,dan Keserasian Al Qur’an,Vol 14( Jakarta : Lentera Hati,2002),hlm.327
[20] Agus Purwanto,D.Sc,Nalar Ayat-ayat Semesta : Menjadikan Al Qur’an sebagai Basis Konstruksi Ilmu Pengetahuan,(Bandung: PT.Mizan Pustaka,2012),hlm.258
[21] Dr.Nadiah Thayyarah,..,hlm.456
[22] Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al Qur’an dan Sains,( Jakarta : PT Sinergi Pustaka Indonesia,2012),hlm.87
[23] Dr. Maurice Bucaille,Bibel,Qur’an,dan Sains Modern,( Jakarta : PT.Bulan Bintang,2001).hlm.204
[24] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya,( Bandung : CV.Penerbit Diponegoro,2005),hlm.366
[25] Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al Qur’an dan Sains,( Jakarta :PT Sinergi Pustaka Indonesia,2012),hlm.17
[26] Op.Cit.,hlm.209
[27] Ibid.,hlm.210
[28]  Ibid.,hlm.453
[29]  Ibid.,hlm.454
[30] Ibid.,hlm.455
[31]  Ibid.,hlm.456
[32] Muhammad Quraish Shihab,Tafsir Al Misbah : Pesan ,Kesan,dan Keserasian Al Qur’an, Vol.14( Jakarta : Lentera Hati,2002),hlm.327
[33] Dr.Nadiah Thayyarah,Buku Pintar Sains Dalam Al Quran,( Jakarta : Penerbit zaman,2013),hlm.460
[34] Abu Ja’far Muhammad bin Jabir Ath Thabari, Tafsir Ath Thabari Vol.25,terj.Anshari Taslim.dkk.( Jakarta : Pustaka Azam,2009).hlm.207
[35]  Caner Taslaman, Miracle of The Qur’an : Keajaiban AlQur’an Mengungkap Penemuan-penemuan Ilmiah Modern,terj.Ary Nilandari (Jakarta: PT Mizan Pustaka,2006),hlm.104
[36] Ibid.,hlm.106

Suka artikel ini ?

About Anonim

Admin Blog

2 comments

Click here for comments
Terima Kasih Sudah Berkomentar
7 September 2016 at 18:39

Orang tak berilmu yang mengartikan ayat alauran, gini nih jadinya,... cocoklogi,.. ada dikatakan gunung berjalan,.. itu pada hari kiamat oon,... bukannya disangkutkan untuk rotasi,.. pantas aja neraka jahannam penuh,..berkata sesuatu tentang Allah yang tidak diinginkN Allah. Semua dibuat ayat... anda harus menanggung dosa besar diakhirat nanti. Tidak ada dalil yg bisa dibuat hujjah atas penafsiran kamu itu, mengenai hampar itu untuk bumi bulat.... itu kamu ngarang saja karena ilmu mu tidak sampai sana... sudahlah,.. pasti banyak hal hal yg terjadi pada kamu sesudah ini.

Balas
Terima Kasih Sudah Berkomentar
23 November 2017 at 19:32

Luar biasa untuk sahabat yang menulis Artikel ini, terlepas dari benar atau salah apa yang anda share seoga bermanfaat. jangan pernah takut salah dalam belajar, yang perlu ditakuti adalah kesombongan yang membuat kita berhenti belajar. ditunggu karya selanjutnya sahabat.. :)

Balas

Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Silakan berkomentar dengan sopan