Filsafat Materialisme

Aliran materialisme memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi belaka. Tokoh aliran ini adalah Ludwig Freuerbach (1804-1872 M) sebagai pengikut Hegel. Menurutnya hanya alamlah yang ada. Manusia adalah alamiah juga. Pengetahuan dan tindakan berlaku adagium, artinya, trimalah dunia yang ada, bila menolak agama/metafisika. Satu-satunya asas kesusilaan adalah keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan. Dan untuk mencari kebahagiaan manusia harus ingat akan sesamanya. 

Dalam pandangan materialisme, baik yang kolot maupun yang modern, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda seperti kayu dan batu. Akan tetapi, materialisme menagatakan bahawa pada akhirnya, jadi pada prinsipnya, pada dasarnya, manusia hanyalah sesuatu yang material; dengan kata lain materi, betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul ketimbang sapi, batu, atau pohon, tetap pada eksistensinya manusia sama saja dengan sapi. Dilihat dari segi keberadaannya juga sama. Disinilah bagian ajaran materialisme itu dihantam oleh eksistensialisme.

Eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi, caara tidak sama. Menusia berada dala dunia; ia mengalami beradanya di dunia itu; manusia menyadari dirinya di dunia. Manusia mengahadapi dunia, menghadapi dengan mengerti yang dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon, batu, dan salah satu diantaranya adalah ia mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti. Apa arti semua ini? artinya ialah manusia adalah barang subyek. Subyek artinya menyadari, yang sadar. Barang-barang yang disadarinya disebut obyek.


Rene Le Senne, seorang existensialis, merumuskan kesalahan materialisme secara singkat; kesalahan itu adalah detotalisasi. De artinya memungkiri, total artinya seluruh. Maksudnya memungkiri manusia sebagai keseluruhan. Pandangan materialisme itu belum mencakup manusia secara keseluruhan. Pandangan tentang manusia seperti pada materialisme itu akan membawa konsekuensi yang amat penting. Lahirnya eksistensialisme merupakan salah satu dari konsekuensi tersebut.

Yang terpenting bagi manusia bukan akalnya, tetapi usahanya, sebab pengetahuan hanyalah alat agar usaha manusia berhasil. Kebahagiaan manusia dapat dicapai di dunia ini. oleh karena itu, agama dan metafisika harus ditolak. Menurut dia, aama timbul dari sifat egoisme manusia yang mendambakan kebahagiaan. Apa yang tidak ada pada manusia tetapi didambakannya, digambarkan sebagai kenyataan  yang ada pada para Dewa. Karena itu, Dewa sebenarnya merupakan keinginan manusia. Bahwa ada banyak Dewa yang bermacam-macam, itu disebabkan karena manusia memiliki bermacam-macam keinginan. dari materialisme Historis/dialektis, yaitu Karl Marx (1818-1883), nama lengkapnya Karl Heinrich Marx, dilahirkan di Trier, Prusia, Jerman. Sewaktu menjadi mahasiswa ia terpengaruh oleh ajaran Hegel dan dapat mencapai gelar doktor dalam bidang filsafat. Di kala ia berkawan dengan Bruno Bauer ia mendapatkan kekecewaan, tetapi setelah berkawan dengan Friedrich Engels di Paris, maka dengan kawannya itulah ia (tahun 1848) menyusun Manifesto Komunist. Setelah itu, ia menjadi buronan  politik dan di usir dan di penjara di London, sampai meninggal dunia. Ia meninggalkan warisan sebuah karya terbesarnya, Das Kapital, yang terbit tahun 1867.

Menurut pendapatnya, tugas seorang filosof bukan untuk menerangkan dunia, tetapi untuk mengubahnya. Hidup manusia itu ternyata ditentukan oleh keadaan ekonomi. Dari segala hasil tindakannya : ilmu, seni, agama, kesusilaan, hukum, politik – semuanya itu hanya endapan dari keadaan itu, sedangkan keadaan itu sendiri ditentukan benar-benar dalam sejarah.


Dalam paruh kedua abad 19 materialisme mempunyai peranan penting. Tetapi harus dibedakan menjadi dua macam materialisme. Disatu pihak terdapat suatu aliran yang meneruskan materialisme dari masa Aufklarung. Materialisme serupa ini terutama dianut dala kalangan ilmu pengetahuan alam dan para pengikutnya menganggap prinsip materialistis sebagai sebuah hasil ilmu pengetahuan. Karena itulah nama “materialisme ilmiah” di sini memang pada tempatnya. Dari sudut filsafat, materialisme ini tidak begitu menarik, tetapi harus diakui bahwa dalam kalangan populer pengaruhnya besar sekali. Selaku pengikut materialisme macam ini dapat disebut nama-nama berikut ini : Ludwig Buechner (1824-1899), yang mengalami sukses besar karena bukunya Kraft und Stoff (Daya dan Materi), Jakob Moleschott (1822-1893) dan Ernst Haeckel (1834-1919). Yang disebut terakhir ini terutama mendapat nama karena ia mempopulerkan proses teori evolusi dalam kalangan luas dengan menggunakan proses materialistis. Di lain pihak terdapat suatu materialisme yang timbul sebagai reaksi atas idealisme. Dari sudut filsafat, aliran ini lebih antas diberi perhatian.

Materialisme Dialektis
Seperti semua Hegelian berhaluan kiri, Marxpun sangat mengagumi metode dialektika yang diintroduksikan Hegel ke dalam filsafat. Tetapi dialektika Hegel –katanya- berjalan pada kepalanya dan ia mau meletakkannya di atas kakinya. Maksudnya ialah bahwa pada Hegel dialektika adalah dialektika ide dan ia mau menjadikannya dialektika materi. Untuk Hegel dan idealisme pada umumnya, alam merupakan buah hasil roh, tetapi untuk Marx dan Engels segala sesuatu yang bersifat rohani merupakan buah hasil materi dan tidak sebaliknya. Dengan demikian Marx dan Engels memihak pada usaha Feuerbach untuk mengganti idealisme dengan materialisme.

Dengan menganut suatu materialisme yang bersifat dialektis, Max dan Engels menolak materialisme abad 18 dan juga materialisme ilmiah dari abad 19 yang kedua-duanya berdifat mekanistis. Menurut materialisme abad 18 tidak ada perbedaan prinsipil antara sebuah mesin dan suatu makhluk hidup (termasuk manusia). Hanya dalam hal terakhir ini mekanisme adalah lebih pelik. Salah satu prinsip materialisme dialektis ialah bahwa perubahan dala hal kuantitas dapat mengakibatkan perubahan dalam hal kualitas. Itu berarti bahwa suatu kejadian pada taraf kuantitatif (misalnya pengintegrasian lebih rapat dari bagian-bagian materi) dapat mengahasilkan sesuatu yang sama sekali baru. Dengan cara itulah kehidupan berasal dari materi mati dan kesadaran manusiwi berasal dari kehidupan organis.  


Penutup

Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik  dan saran dari pembaca sangat kami harapkan.


DAFTAR PUSTAKA


Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, Pustaka Setia : Bandung, 1997.
Asmoro Achmadi, Filsafa Umum, Rajawali Pers: Jakarta, 2011
Poejawijatna, Pembimbing ke Alam Filsafat, PT. Pembangunan : Jakarta, 1966.
Prof. K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius : Yogyakara, 1975.
Suka artikel ini ?

About Aldiethok

Admin Blog

Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Silakan berkomentar dengan sopan