Pendahuluan
Allah
Ta’ala mewajibkan atas setiap orang islam supaya beriman kepada semua rasul
yang diutus olehnya, tanpa membeda –bedakan antara yang seorang dengan lainnya.
Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman yang artinya:(wallahu a’lam bimuraadih)
,,katakanlah: ,,Kita semua
beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kita dan apa yang
diturunkan kepada Ibrohim, Ismail, Ishaq, Ya’kub dan anak-anaknya, juga apa
yang diberikan kepada Musa dan Isa dan apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari
Tuhannya. Kita tidak memperbedakan seorangpun diantara mereka dan kita patuh
kepadaNya. (S.Baqoroh
136).
Kemudian
percaya kepada hari kiamat merupakan bagian utama sekali dari beberapa bagian
aqidah. Bahkan sebagai unsur yang terpenting yang ada disamping kepercayaan
kepada Allah Ta’ala. Yang demikian itu sebabnya ialah karena percaya kepada
Allah Ta’ala akan dapat meyaqinkan sumber pertama yang dari padanya itulah
timbulnya segala yang ada di alam semesta ini,
sedang percaya kepada hari akhir akan dapat meyaqinkan bagaimana
kejadian yang terakhir bagi segenap benda yang pernah ada itu.
Sedangkan
percaya kepada qodlo dan qodar bahwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat yang maha merajahi seluruh alam semesta
ini. Dia mengatur segala sesuatu yang ada didalam kerajaanNya itu dengan kebijaksanaan
dan kehendakNya sendiri. Maka dari itu apa saja yang terjadi di alam semesta
ini, semuanya berjalan sesuai dengan kehendak yang telah direncanakan sejak
semula oleh Allah Ta’ala dan juga mengikuti peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan dalam alam yang maujud ini.
Allah
Ta’ala berfirman:
@à2ur >äóÓx« ¼çnyYÏã A#yø)ÏJÎ/ ÇÑÈ
,,segala sesuatu itu disisi Allah adalah
dengan ketentuan takdir’’ (S. Ar Ra’d 8)
II. Rumusan masalah
1.A. Iman kepada para rasul
B. Implikasinya dalam kehidupan
2.A. Iman kepada hari kiamat
B. Implikasinya dalam kehidupan
3.A. Iman kepada qodlo dan
qodar
B. Implikasinya dalam kehidupan.
III.Pembahasan
1.A.Iman kepada para rasul
Yang
dimaksud dengan rasul ialah manusia yang diwahyukan hukum syara’ kepadanya dan
diperintahkan untuk menyampaikannya kepada umatnya. Dan kalau tidak diperintah untuk
menyampaikannya dinamakan nabi bukan rasul. Setiap rasul adalah nabi namun
tidak semua nabi itu rasul, karena itu nabi lebih umum dari rasul karena tidak
semua nabi itu rasul tetapi hanya sebagian saja.
Dan
bagaimanakah cara kita beriman kepada para rasul? Didalam kitab jauharul
kalamiyah disebutkan bawasannya kita meyaqini bahwa Allah mengutus para rasul
merupakan rahmat dan anugrah, sebagai seorang yang memberi kabar gembira bagi
orang-orang yang mengerjakan kebajikan dengan balasan pahala, dan menakuti bagi
orang-orang yang mengerjakan kejelekan dengan balasan siksa, dan sebagai seorang
yang menjelaskan kepada manusia sesuatu yang dibutuhkan oleh mereka dari
kemaslahatan agama dan dunia, dan juga seorang yang memberi pertolongan kepada
mereka sehingga sampai pada derajat yang mulia. Dan Allah memberikan
tanda-tanda dan mukjizat kepada para rasul dengan jelas, yang pertama adalah
nabi Adam As. dan yang terahir adalah nabi Muhammad SAW.
Wajib bagi
setiap mukallaf mengenal nabi secara rinci terhadap nabi yang diketahui dengan
jelas nama-nama mereka di dalam Al Qur’an namun yang tidak diterangkan sejarah
hidup mereka cukup secara umum. Dengan secara umum wajib kita yaqini bahwa
Allah telah mengutus beberapa orang rasul dan nabi, namun tidak wajib kita
mengetahui dengan persis jumlah dan nama mereka. Karena didalam Al Qur’an juga
diterangkan:
Oßg÷YÏB `¨B $oYóÁ|Ás% y7øn=tã Nßg÷YÏBur `¨B öN©9 óÈÝÁø)tR øn=tã
... diantara mereka ada yang
kami ceritakan kepadamu dan diantara mereka ada (pula) yang tidak kami
beritakan kepadamu’’ (S. Al
mukmin 78).
Ibnu
Hibban meriwayatkan dari Abi zar Al Gifari, ia bertanya kepada Rasulullah Saw.
Berapa jumlah nabi? Rasulullah menjawab: seratus dua puluh empat ribu. Dan
berapa jumlah Rasul? Jawabnya:tiga ratus tiga belas orang”. Hadis ini tidak
dapat dijadikan patokan untuk mengetahui jumlah nabi, sekalipun shohih karena
hadis ini tergolong hadis ahad, sedang hadis ahad memberikan pengertian yang
tidak dapat dijadikan dalil didalam aqidah hanya dapat dijadikan dalil dalam
ibadah.
Adapun
yang menjadi kewajiban kita mengenalnya secara rinci ada dua puluh lima rasul,
ialah: 1.Adam 2.Idris 3.Nuh 4.Hud 5.Saleh 6.Ibrahim 7.Luth 8.Ismail 9.Ishaq
10.Ya’qub 11.Yusuf 12.Ayyub 13.Syu’aib 14.Musa 15.Harun 16.Zulkifli 17.Daud
18.Sulaiman 19.Ilyas 20.Ilyasa 21.Yunus 22.Zakaria 23.Yahya 24.Isa 25.Muhammad
Saw.
Para
rasul juga mempunyai sifat-sifat yang wajib, mustahil dan jaiz baginya
a. Sifat
wajib dan sifat mustahil.
1.Sidiq
lawannya Kadzib
Wajib bagi para rasul bersifat sidiq (benar)
dalam semua apa yang disampaikan dari Allah dan mustahil mereka bersifat kadzib
(dusta) . yang dimaksud dengan sidiq ialah bersesuaian berita yang
disampaikannya dengan berita yang disampaikan Allah kepadanya , umpamanya Allah
Maha Esa dan tidak ada tuhan yang sebenarnya selain Allah mereka membenarkannya
karena berita itu memang sesuai dengan kebenaran. Sedang Kadzib(dusta) adalah
berita yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
Dalil
yang menunjukan bahwa para rasul wajib bersifat sidiq dan mustahil bersifat
dusta secara akal adalah karena kalau mereka berdusta tentang apa yang mereka
sampaikan kepada manusia tentu mereka telah mendustakan berita yang disampaikan
Allah kepada mereka, sedang Allah telah mengisyaratkan bahwa para rasul itu
benar karena dikuatkan dengan mu’jizat yang menempati firman Allah bahwa
hamba-Ku itu benar terhadap apa yang disampaikannya adalah dari aku.
Dalil
naqli yang menyatakan bahwa para rasul bersifat sidiq dari firman Allah adalah:
s-y|¹ur ª!$# ã&è!qßuur ÇËËÈ
... dan benarlah Allah dan rasulnya... (S. Al ahzab 22)
Xy|¹ur cqè=yößJø9$# ÇÎËÈ
... dan benarlah Rasul-Rasul (Nya )... (S. Yasin 52)
2.
Amanah lawannya Khianat
Amanah
ialah memelihara anggota baik lahir maupun batin dari mengerjakan yang
terlarang, baik yang haram maupun yang makruh sekalipun ringan. Dan khianat
adalah sebaliknya .
Dalil
aqli yang menunjukan bahwa para rasul wajib bersifat amanah dan mustahil bersifat
khianat adalah bahwa kalau kita mengetahui para rasul itu adalah makhluk Allah
yang paling mulia, paling taqwa, paling kenal kepada Allah dan paling takut
kepadaNya. Karena itulah mereka dipilih menjadi duta Allah kepada makhlukNya
untuk menyampaikan syari’at Allah, dan Allah telah membenarkan apa yang mereka
sampaikan kepada makhluk. Karena itu mereka menjadi ikutan umat manusia, baik
perbuatan ucapan maupun perilaku, maka kalau mereka berkhianat dengan melakukan
yang haram atau makruh, maka perintah itu berubah menjadi larangan yang sperti
itu jelas batal, karena adanya pertentangan. Karena itulah wajib mereka
bersifat amanah dan mustahil bersifat khianat.
Dalil
naqli dari firman Allah:
ÎoTÎ) öNä3s9 îAqßu ×ûüÏBr& ÇÊÉÐÈ
’’ Sesungguhnya aku adalah
seorang rasul, kepercayaan (yang diutus) kepadamu’’. (S. Asy Syuara 107).
3. Tablig
lawannya kitman
Tablig
artinya menyampaikan apa yang diperintah menyampaikannya kepada umat manusia
dan mereka tidak menyembunyikan sesuatu( kitman), baik karena lupa maupun
sengaja, baik kepada seluruh umat maupun kepada sebagiannya.
Dan
dalil aqli wajib bagi mereka bersifat tablig dan mustahil bersifat
lawannya(kitman), lebih jelas dari dalil amanah, karena kalau mereka
menyembunyikan sesuatu tentu mereka berkhianat sedang mereka terpelihara dari
berkhianat.
Dalil
naqli yang menunjukan bahwa para rasul bsrsifat tablig dari firman Allah:
Surat Al
Ahzab, ayat 39 :
úïÏ%©!$# tbqäóÏk=t7ã ÏM»n=»yÍ «!$# ¼çmtRöqt±øsur wur tböqt±øs #´tnr& wÎ) ©!$# 3 4s"x.ur «!$$Î/ $Y7Å¡ym ÇÌÒÈ
... (yaitu) orang-orang yang
menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada
merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah
sebagai pembuat perhitungan.(S. Al Ahzab 39)
4.
Fathonah lawannya Ghoflah
Dan wajib
juga bagi para rasul bersifat fathonah yakni cerdas dan mustahil bersifat lawannya(ghoflah) yakni bodoh. Dan dalil aqlinya adalah
bahwa para rasul merupakan orang yang menegakkan kebenaran dengan mengemukakan
dalil dan alasan agar membatalkan pendapat lawan dan kalau mereka tidak cerdas
tentunya mereka tidak mampu mengemukakan alasan untuk mengalahkan lawannya dan
yang seperti ini jelas bathil.
Dalil naqli dari firman Allah:
y7ù=Ï?ur !$uZçF¤fãm !$yg»oYøs?#uä zOÏdºtö/Î) 4n?tã ÏmÏBöqs% 4 ÇÑÌÈ
Dan Itulah hujjah kami yang kami berikan kepada
Ibrahim untuk menghadapi kaumnya...(S. Al An’am 83)
b. Sifat jaiz bagi para rasul
Adapun sifat jaiz bagi para rasul ialah mereka juga
bersifat dengan sifat manusia biasa dan semua ini tidaklah mengurangi kedudukannya
sebagai utusan Allah seperti sakit, lapar, miskin, makan, minum, dan tidur.
Namun tidur mereka hanya tidur mata sedang hatinya tetap bangun. Dan dalil
aqalnya adalah bahwa semua sifat itu memang ada pada diri mereka.
Dan dalil naqli dari firman Allah:
!$tBur $oYù=yör& n=ö6s% z`ÏB úüÎ=yößJø9$# HwÎ) öNßg¯RÎ) cqè=ä.ù'us9 tP$yè©Ü9$# cqà±ôJtur Îû É-#uqóF{$# ÇËÉÈ
Dan kami tidak mengutus
rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di
pasar-pasar...(S. Al furqon
20).
B. Implikasinya dalam
kehidupan
Setelah kita mengetahui (makrifat) kepada rasul-rasul
Allah, dengan makrifat ini dimaksudkan agar setiap manusia itu mengikuti jejak
langkahnya, memperhias diri dengan meniru akhlaq para rasul itu. Selain itu juga
bersabar dan tabah hati dalam mencontoh sepak terjang beliau-beliau itu, sebab
sudah jelaslah tindak langkahnya para rasul itu mencerminkan suatu teladan yang
tinggi nilainya dan yang bermutu baik sekali, bahkan itulah yang merupakan
kehidupan yang suci dan bersih yang dikehendaki oleh Allah agar dimiliki oleh
seluruh umat manusia.
2.A. Iman kepada hari kiamat
a. Pengertian hari kiamat
Hari akhir yakni hari kiamat itu didahului dengan
musnahnya alam semesta ini. Jadi pada hari itu akan matilah seluruh makhluk
yang masih hidup, bumipun akan berganti bukannya bumi atau langit yang sekarang
ini.
Selanjutnya Allah lalu menciptakan alam lain yang disebut
alam akhirat. Disitulah seluruh makhluk akan dibangkitkan yakni dihidupkan lagi
setelah mereka mati, ruhnya dikembalikan dalam tubuhnya.
Setelah dibangkitkah lalu setiap jiwa akan dihisab
(diperhitungkan) seluruh amalnya baik yang berupa kebaikan atau keburukan.
b. Nama-nama hari kiamat
a). Hari ba’ats (yaumul ba’tsi)
b). Hari kiamat (yaumul qiamah)
c). Assa’ah
d). Akhiroh
e). Yaumuddin
f). Yaumul hisab
g). Yaumul fathi
h). Yaumuttalaq
i). Yaumul jam’i wattaghobun
j). Yaumul khulud
k). Yaumul khuruj
l). Yaumul hasroh
m). Yaumuttanad
n). Azifah
o). Thommah
p). Shookhoh
q). Haqqoh
r). Ghosyiah
s). Waqiah.
c. Tanda-tanda hari kiamat.
a). Tanda-tanda kiamat kecil (shughro)
1.
Diutusnya nabi Muhammad s.a.w. sebagai Rasulullah. Dengan diutusnya beliau
s.a.w., maka berakhirlah kenubuwatan dan risalah yakni bahwa sesudah beliau
s.a.w. ini tidak ada lagi nabi atau rasul yang benar-benar menjadi pesuruh
Allah.
2.
Jikalau yang menjadi raja-raja, menteri-menteri, amir-amir dan kepala-kepala
itu adalah anak-anak dari wanita-wanita tawanan atau golongan rendah, bukan
dari anak-anak keturunan yang mulia, baik pendidikannya, luhur akhlaknya serta
sempurna keperwiraannya. Sebagaimana juga keadaan kaum badawi (pegunungan) atau
para pengembala kambing telah menjadi golongan hartawan, berlimpah ruah
kenikmatan dunawiahnya, menghuni gedung-gedung indah dan tinggi lagi pula
menjadi kepala dan pemimpin ummat manusia di masyarakatnya.
b).
Tanda-tanda kiamat besar (kubro)
1. Terbitnya
matahari dari arah barat
2.
Keluarnya suatu macam binatang yang berbicara kepada manusia
3.
Munculnya Al mahdi
4.
Munculnya masih dajjal
5.
Turunnya Nabiyullah Isa a.s.
d. Kapan tibanya hari akhir
itu?
Saat tibanya hari kiamat atau hari akhir
adalah suatu persoalan yang dipegang sendiri dan hanya dikrtahui oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Jadi tidak seorangpun yang dapat mengetahuinya, baik dari
kalangan makhluk apapun, apakah iaa seorang nabi atau rasul, apakah ia malaikat
yang sangat dekat hubungannya dengan Allah. Semua tidak ada yang mengerti kapan
waktu datangnya itu.
Allah berfirman dalam surat
Al a’rof, ayat 187:
y7tRqè=t«ó¡o Ç`tã Ïptã$¡¡9$# tb$r& $yg8yóßD ( ö@è% $yJ¯RÎ) $ygãKù=Ïæ yZÏã În1u ( w $pkÏk=pgä !$pkÉJø%uqÏ9 wÎ) uqèd 4 ôMn=à)rO Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 w ö/ä3Ï?ù's? wÎ) ZptGøót/ 3 y7tRqè=t«ó¡o y7¯Rr(x. ;Å"ym $pk÷]tã ( ö@è% $yJ¯RÎ) $ygßJù=Ïæ yZÏã «!$# £`Å3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÊÑÐÈ
,,Orang-orang sama bertanya kepadamu (hai muhammad) tentang sa’ah (hari kiamat),
kapankah itu datangnya?Katakanlah : ,,Pengetahuan tentang sa’ah itu adalah
disisi Tuhanku. Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktunya selain dari Tuhan.
Berat sekali mengetahuinya itu bagi para penghuni langit dan bumi. Ia tidak
akan datang padamu semua melainkan dengan cara yang tiba-tiba saja.Mereka
bertanya pula padamu, seolah-olah engkau dapat menerangkannya.Katakanlah :
,,pengetahuan tentang sa’ah itu adalah disisi tuhan, tetapi kebanyakan manusia
meman tidak mengetahui. (S. A’rof 187).
B. Implikasinya dalam
kehidupan
Kepercayaan kepada hari akhir itu menyebabkan kita hidup
di dunia ini mempunyai suatu tujuan mulia serta cita-cita yang tinggi. Disana
ada suatu puncak yang hendak kita capai dengan sekuat tenaga yang ada pada diri
kita. Tujuan itu yang terutama sekali ialah mengerjakan kebaikan-kebaikan,
meninggalkan kemunkaran dan segala bentuk kemaksiatan, menghiasi diri dan jiwa
dengan sifat-sifat mulia serta menghindarkan diri dari kehinaan-kehinaan dan
kerendahan-kerendahan yang pasti akan membahayakan dan mencelakakan tubuh dan
agama, keperwiraan dan akal fikiran, bahkan juga harta. Semua ini merupakan
kesimpulan dari merealisasikan kholifah yang dibebankan oleh Allah kepada kita
umat manusia seluruhnya.
Untuk melaksanakan itu semua sudah tentulah mutlak perlu
adanya pendorong semangat dari jiwanya sendiri yang mengajak supaya selalu bergembira
untuk melakukan kebaikan-kebaikan itu, juga yang dengan senang menutub seluruh
jalan yang menuju kearah keburukan dan kejahatan. Pendorong semangat ini
tentulah tidak akan menjadi kokoh kuat, melainkan dengan jalan memperbanyak
ingatan kepada Tuhan.
3.A. Iman kepada qodlo dan
qodar
a. Pengertian qodlo dan qodar
Qodlo ialah taaluq irodah Allah kepada segala sesuatu
pada masa azal atas keadaan yang sebenarnya sesuai dengan ilmu Allah sedang
irodah adalah dzat.
Sedang qodar ialah Allah menciptakan sesuatu sesuai
dengan bentuknya sendiri dan bentuk serta cara tertentu pada sesuatu ini
termasuk sifat af’al. Karena itu qodlo itu qodim sedang qodar itu baharu.
Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ulama tauhid
tentang qodlo dan qodar termasuk salah satu rukun iman yang wajib kita imani
ilmu dan irodah Allah yang taaluqnya pada azal terhadap sesuatu yang sesuai
dengan keadaannya pada waktu itu dan pada masa seterusnya. Dan qudroh Allah
taaluqnya segala sesuatu yang sesuai dengan taaluq ilmu dan irodah pada masa
azal dan tidak akan terjadi yang baik dan buruk sesuai dengan irodah dan
qudrotNya dan sesuai pula dengan ilmunya.
Tirmidzi meriwayatkan dari jabir, Rasulullah bersabda :
belum sempurna iman seorang hamba sampai ia mengimani qodar yang baik dan buruk,
sehingga ia mengetahui bahwa apa yang menimpanya tidaklah karena kesalahannya
dan kesalahan tidak akan menimpanya.
b. Antara kehendak Allah dan
kehendak manusia
Ada sementara orang yang berkata: jikalau memang benar
Allah itu memberi kemardekaan dan kebebasan kepada hambaNya itu untuk memilih
mana-mana yang disukai dan dikehendaki oleh hatinya, maka bagaimana pengertian
ayat yang berbunyi :
`yJÏ9 uä!$x© öNä3ZÏB br& tLìÉ)tGó¡o ÇËÑÈ
$tBur tbrâä!$t±n@ HwÎ) br& uä!$t±o ª!$# >u úüÏJn=»yèø9$# ÇËÒÈ
,,Itu adalah bagi siapa
diantara kamu yang berbuat kejujuran (lurus). Tetapi kamu semua tidak akan
dapat berbuat demikian melainkan jikalau Allah seru sekalian alam menghendaki
seperti itu pula. (S. Takwir
28-29).
Maksudnya ialah kehendak manusia itu tidak akan tercapai
melainkan harus mengikuti salah satu dari dua jalan yang sudah ditentukan oleh
kehendak dan irodah Allah. Jadi kehendak manusia itu tidaklah terlepas dari
kehendak Allah. Namun demikian Allah tetep berkehendak agar manusia itu memilih
salah satu antara dua jalan yang masing-masing itu boleh dengan sesuka hatinya
ditempuh dan dilalui yaitu jalan petunjuk dan jalan sesat.
Kalaupun manusia itu memilih jalan pertama yang berupa
petunjuk baik dan hidayah, maka itupun tetap termasuk dalam lingkungan kehendak
Ilahi juga dan kalaupun ia memilih jalan kedua yakni kesesatan, maka itupun termasuk
pula dalam lingkungan kehendakNya.
B. Implikasinya dalam
kehidupan
Keimanan kepada takdir itu ialah supaya kekuatan dan
kecakapan manusia itu dapat mencapai kepada pengertian untuk menyadari adanya
peraturan dan ketentuan Allah, kemudian dilaksanakan untuk membina dan
mambangun dengan bersendikan itu, juga untuk mengeluarkan harta benda yang
terdapat dalam pembendaraan bumi agar dapat diambil manfaatnya. Selain itu agar
dapat diolah pula segala kebaikan yang dapat digali dari benda-benda yang
terdapat dalam alam semesta ini.
Dengan demikian maka keimanan kepada takdir itu adalah
merupakan suatu kekuatan yang dapat membangkitkan kegiatan kegiatan bekerja dan
kegairahan berusaha, malahan dapat merupakan dorongan yang positif untuk
memperoleh kehidupan yang layak dan pantas di dunia ini, sebagai mana juga
halnya keimanan kepada takdir itu akan menghubungkan manusia ini dengan Tuhan
yang maha menguasai seluruh yang maujud ini.
IV. Kesimpulan
-
Perbedaan antara nabi dan rasul ialah didalam
mereka diperintahkan untuk menyampaikan risalah kepada umatnya atau tidak.
-
Para rasul mempunyai sifat wajib, mustahil, dan
jaiz. Yang wajib yaitu sidiq, amanah, tabligh, fathonah. Yang mustahil yaitu
kadzib, khianat, kitman, baladah. Sedangkan yang jaiz yaitu a’rodhul
basyariyah.
-
Mengenai hari kiamat tidak ada yang mengetahui
kapan hari tersebut terjadi kecuali Allah Subhanahu waTa’ala.
-
Jika kita benar-benar mengimankan semua rukun iman,
tentu kehidupan kita terasa tenang, jauh dari kekecewa’an dan kekacauan yang
mendalam.
-
Yang terakhir semua yang ada di dunia ini,
semua yang kita lakukan tidaklah terlepas dari kehendak Allah Subhanahu
waTa’ala.
V. Penutup
Demikian makalah ini yang dapat kami sampaikan, tentu
makalah ini jauh dari sempurna maka kritik dan saran dari saudara-saudara
sangat membantu kami. Kurang lebihnya mohon ma’af. waAllahu a’lam bisshoab.
VI. Daftar pustaka
Sayid
sabiq, Al aqidah Islamiyah,Beirut, Darul fikr, 1992.
Syeh
Thohir, Jawahirul kalamiyah, Surabaya Al miftah.
Syeh
Salamah Azmi, Tanwirul qulub fi muamalati allamil ghuyub.
Syeh
Zainul Abidin, Aqidatunnajin.
Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon