Pengertian (conception): Arti, Isi dan Luas Pengertian

I.                   PENDAHULUAN
Telah kita rumuskan arti dari kata “berfikir”, yaitu; ‘berbicara atau berdialog dengan diri sendiri di dalam batin/rohani manusia’. Selanjutnya berfikir itu memakai ‘pengertian’ atau ‘konsep’, di mana hal itu tidak perlu dikonkritkan dalam bentuk lisan/tulisan, meskipun sangat membantu perumusan jalan pikiran yang lebih jelas dan teliti. Apabila kita berkehendak agar apa yang kita pikirkan itu diketahui orang lain, maka isi pikiran itu haruslah dinyatakan. Untuk menyatakan isi pikiran itu ditempuh berbagai cara yaitu: dengan tanda-tanda atau isyarat tertentu atau dengan kata-kata. Demikianlah bahasa (lisan dan tulisan) merupakan alat untuk mengatakan isi pikiran manusia. Demikian pula sebaliknya, apabila kita ingin mengerti tentang apa yang sedang dipikirkan/dirasakan/dialami oleh orang lain itu, maka kita harus mengerti tanda-tanda dan kata-kata yang dipakainya.
Jadi terdapatlah hubungan timbale balik antara pemikiran dan bahasa yang dipakai orang itu.[1]

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa itu pengertian?

III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Pengertian adalah suatu gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang sesuatu[2]. Gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang sesuatu sebagaimana dimaksudkan di atas disebut juga konsep. Dengan demikian pengertian identik dengan konsep sebagai hasil pekerjaan akal budi yang selalu menangkap dan membentuk sesuatu gambaran. Pengertian berada dalam wilayah akal budi atau pikiran sementara konsep berada dalam wilayah kebahasaan. Perhatikan gambar di bawah ini.
Kata Kursi ialah konsep. Sebelum menjadi konsep kata kursi merupakan pengertian yang dibentuk oleh akal budi atau pikiran. Selanjutnya dengan kata kursi itu kita dapat berpikir atau berbicara hal ihwal mengenai  kursi tanpa harus menghadirkan benda kongkret yang bernama kursi karena kursi itu telah ada di dalam akal budi atau pikiran. Kehadiran kursi di dalam akal budi atau pikiran ialah karena panca indera menangkap benda kongkret yang kemudian diberi nama kursi. Lalu akal budi atau pikiran memberinya pengertian dan mengungkapkannya melalui bahasa dengan konsep kursi atau gagasan lainnya.

B.      arti
Setiap pengertian itu di tunjukkan oleh kata. Setiap kata mempunyai arti yang mencakup keseluruhan sifat-sifat yang dimilikinya. Setiap kata mengandung makna jika kata itu ditempatkan dalam satu susunan kata. Dalam bentuk ini kata mengandung tiga makna:
1.      Makan laras ( مطا بقة) apabila maknanya selaras dengan arti penuhnya, seperti mkana rumah dalam kalimat: saya membeli rumah.
2.      Makna kandungan (تضمنية) apabila mkana yang dimaksud hanya sebagian saja dari arti sepenuhnya, seperti makana rumah dalam kalimat : saya mengetuk rumahnya, yang dimaksud di sini hanyalah pintu rumahnya bahkan sebagian saja dari pintu itu.
3.      Makna lazim (التزمية) makana yang dimaksud adalah pengertian lain, akan tetapi merupakan kemestian (lazim) bagi kata tersebut. Seperti makna rumah dalam kalimat: saya mencangkul rumput di rumah saya. Yang dimaksud adalah pekarangan rumah[3].

C.    Isi pengertian/term
Yang dimaksud dengan isi pengertian/term ialah semua unsur yang termuat di dalam pengertian itu.
Dalam pengamalannya kita cenderung untuk mengklasifikasi pengertian itu secara dua-dua atau dichotomi (Bahasa Arab: Asunai) .

Dengan cara dichotomi antaranya dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
1.      Sederhana dan komposit
Sebuah term yang terdiri dari satu kata saja disebut term sederhana (missal: rumah, manusia dan lain-lain). Sebaliknya bila term itu terdiri dari lebih dari satu kata disebut term komposit (missal: manusia saleh, rumah susun dan lain-lain)
2.      Umum dan khusus
Term umum adalah term yang dapat dipergunakan oleh setiap anggota kelompok dengan pengertian yang sama (missal: manusia, mahasiswa, sarjana)
Term khusus adalah term yang menunjukkan satu objek saja (missal: Menteri Pendidikan dan kebudayaan RI yang pertama)
Term khusus dibagi dua yaitu:
a.      Term tunggal signifikan, yaitu menunjukkan objek dengan mengemukakan kualitas tertentu (misalnya orang yang terkaya di dunia)
b.      Term tunggal non-signifikan, yaitu tidak menunjukkan objek dengan kualitas tertentu (misal: Menteri Pendidikan, kebudayaan RI)
3.      Konkrit dan abstrak
Term konkrit adalah nama benda atau menunjukkan sesuatu benda, suatu objek, seseorang, suatu realitas dan apa saja yang memiliki eksistensi dan kualitas tertentu. Jadi kursi adalah suatu benda yang memiliki beberapa kualitas antaranya: bentuknya, rupanya, beratnya pada waktu tertentu, tempat tertentu dan mempunyai relasi dengan obyek yang lain.
Term abstrak, adalah nama kualitas atau kumpulan kualitas yang dapat dibicarakan terlepas dari hubungannya dengan suatu benda/eksistensi tertentu pada suatu waktu dan pada suatu tempat dalam hubungannya dengan benda-benda lain (missal: merah, putih)
Terkadang term abstrak berjalan parallel dengan term konkrit, dalam arti hubungan keduanya (missal: kuat-kuatan, manusia-kemanusiaan dan lain-lain)[4]

D.    Luas Pengertian
Pengertian selain memiliki isi, juga memiliki luas. Artinya tiap-tiap pengertian memiliki lingkup dan lingkungannya sendiri. Lingkup dan lingkungan itu berisikan semua barang atau hal yang dapat ditunjuk atau disebut dengan pengertian atau kata itu[5]. Misalnya pengertian Mahasiswa STISIP Widyapuri mencakup semua mahasiswa baik yang ada di jurusan IP atau AN, perempuan atau laki-laki, kurus atau gemuk, tak ada yang dikecualikan. Mahasiswa selain dari Mahasiswa STISIP Widyapuri semua itu di luar lingkup dan lingkungan pengertian Mahasiswa STISIP Widyapuri.
Dengan demikian luas pengertian adalah barang-barang atau lingkungan realitas yang ditunjuk dengan pengertian atau kata tertentu.

E.       Hubungan Antara Isi dan Luas Pengertian
Semakin umum suatu pengertian, semakin sedikit isinya dan semakin luas lingkungannya. Sebaliknya semakin banyak isinya (makin mendekati realitas konkrit), makin sempit/terbatas pula luasnya (misalnya: kata alat, masih umum dan luas, sebab belum menerangkan untuk apa alat itu. Kalau dikhususkan menjadi mobil, maka isinya menjadi banyak/padat, yaitu alat untuk mengangkut, maka lingkungannya/luasnya akan lebih terbatas)


IV.             KESIMPULAN
           ·         Pengertian adalah suatu gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang sesuatu
            ·         semakin sedikit isinya dan semakin luas lingkungannya. Sebaliknya semakin banyak isinya (makin mendekati realitas konkrit), makin sempit/terbatas pula luasnya



V.                PENUTUP
Demikianlah pembahasan makalah yang dapat kami paparkan. Dan tentunya masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan baik dari susunan isinya maupun dalam penyampaiannya. Maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan, dan semuga makalah ini dapat menambah wawasan kita. Amin..



DAFTAR PUSTAKA

Salam, Burhanuddin. Logika Formal (Filsafat Berfikir). Jakarta: PT Bina Aksara.1988.
Abri, Ali. Pengantar Logika Tradisional. Surabaya: Usaha Nasional.1994
Hasan, Ali. Ilmu Mantiq (Logika). Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.1992
lanur OFM, Alex. Logika Selayang Pandang. Jogjakarta: Kanisius. 1983
Poespoprodjo dan EK. T. Gilarso. Logika Ilmu Menalar.Dasar-dasar Berpikir Tertib, Logis,Kritis, Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika.1999




[1] Burhanuddin Salam, logika formal (filsafat berfikir), (PT BINA AKSARA , Jakarta, 1988). Hal. 39
 [2]Alex lanur OFM. Logika Selayang Pandang. Kanisius. Jogjakarta. 1983. hal 14.
[3] Ali Hasan. Ilmu Mantiq (Logika). Pedoman Ilmu Jaya. Jakarta.1992. hal. 20-21
[4]Burhanuddin Salam. Log Cit. hal.42-44
[5]Poespoprodjo dan EK. T. Gilarso. Logika Ilmu Menalar.Dasar-dasar Berpikir Tertib, Logis,Kritis, Dialektis. Pustaka Grafika. Bandung. 1999. hal. 54. 
Suka artikel ini ?

About Anonim

Admin Blog

Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Silakan berkomentar dengan sopan