BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Disadari bahwa sains adalah sebagian kecil dari ilmu Allah,
yang tak lebih dari setitik air di lautan (QS: al-Kahfi: 110). Kendati
demikian, tidak lantas untuk diabaikan begitu saja. Karena banyak ayat al-Quran
yang memerintahkan kita untuk berupaya mengerti proses-proses kejadian alam.
Karena, sesungguhnya dalam penciptaan lngit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (QS; Ali
Imran:190)
Tidak ada kekhawatiran al-Quran jika suatu ketika akan
bertentangan dengan temuan sains. Bahkan temuan tersebut sangat fantastis,
sebab, apa yang dikemukakan al-Qur’an, justru banyak yang merupakan ujung-ujung
dari pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh manusia. Karena al-Qur’an di
turunkan untuk menjelaskan segala sesuatu (QS: An-Nahl: 89).
Al Quran menyebutkan banyak fenomena alam raya dan
benda-benda luar angkasa, seperti:
bintang, planet, nama bintang, galaksi dan lain-lain. Allah swt, telah bersumpah dengan fenomena tersebut yang
kemudian kita menyadari baru-baru ini bahwa Rasul, Muhammad saw, tidak
berbicara menurut keinginan sendiri dan bahwa setiap kata yang dikatakan adalah
wahyu dari Allah (QS: An-Najm: 4)
Pada
kesempatan kali ini, pemakalah akan memaparkan secara holistik tentang
penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan sains, terutama tema bintang-bintang dan galaksi.
2.
Pokok Permasalahan
a.
Bagaimanakah konsep bintang dan galaksi dalam al-Qur’an?
b.
Apa manfaat bintang bagi kehidupan?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Bintang
dan Galaksi dalam al-Qur’an
Bintang
Bintang-bintang
adalah seperti matahari, benda-benda samawi yang menjadi wadah fenomena fisik
bermacam-macam, yang diantaranya yang paling mudah dilihat adalah pembuatan
cahaya. Bintang-bintang adalah benda-benda samawi yang mempunyai cahaya
sendiri. Bintang, bahasa Arabnya “Najm” disebutkan dalam al-Qur-an 13
kali. Di dalam tafsir al-Misbah dijelaskan Kata najm jamaknya "Nujum"
akar kata itu berarti, “nampak”. Kata itu menunjukkan suatu benda samawi yang
dapat kita lihat dengan tidak mengerti lebih jauh apakah benda itu memancarkan
cahaya atau hanya memberikan refleks daripada cahaya yang ia terima dari luar.
Untuk memberi gambaran yang tepat bahwa suatu benda samawi adalah benda yang
kita namakan bintang, disebutkan dalam surat at-Thariq ayat 1-3:
Ïä!$uK¡¡9$#ur É-Í‘$©Ü9$#ur ÇÊÈ !$tBur y71u‘÷Šr& $tB ä-Í‘$©Ü9$# ÇËÈ ãNôf¨Y9$# Ü=Ï%$¨W9$# ÇÌÈ
Artinya: "Demi
langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada
malam hari, yaitu bintang yang cahayanya menembus."
Bintang pada waktu malam diberi sifat dalam Qur-an dengan
kata "tsaqib," artinya yang membakar, dan membakar diri
sendiri dan yang menembus. Di sini menembus kegelapan waktu malam. Kata yang
sama "tsaqib," juga dipakai untuk menunjukkan bintang-bintang
yang berekor; ekor itu adalah hasil pembakaran internal.[1]
Kata najama ini digunakan oleh al-Qur’an
membedakan kata Najm dan kaukab dari sisi bahwa najm adalah bintang
yang cahanya bersumber dari dirinya sendiri, sedang kaukab tidak
demikian. Sementara ulama memahami an-najm apada ayat ini
mencakup semua bintang, yakni semua benda langit yang memancarkan cahaya dan
tersusun dari gas-gas yang panas.
Bintang adalah
benda angkasa yang memilki cahaya sendiri. Salah satu bintang adalah matahari
atau disebut bintang matahari. Kelompok bintang-bintang yang membentuk pola
tertentu dan letaknya berdekatan disebut rasi bintang atau konstelasi bintang.
Terdapat 12 rasi bintang yang di sekitar ekliptika yang disebut zodiak; Aries,
Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricornus,
Aquarius, dan Pisces.[2]
Selanjutnya
sebuah ayat yang mengungkap kondisi langit yang perlu mendapat pemikiran lebih
serius dengan sebuah pertanyaan dari Allah: “tahukah kamu tentang
bintang yang cahayanya menembus?”. Kata tsaqib terambil dari kata tsaqaba
yang berarti melubangi atau menembus sesuatu yang padat dan menyatu bumi
ditutupi oleh kegelapan malam. Hal ini perlu dibuktikan melalui penelitian
sains moderen dengan menggunakan peralatan dan perhitungan yang cermat untuk
mengungkap hal tersebut. Bintang pada malam hari diberi sifat dalam al-Qur'an
dengan kata tsaqib artinya yang membakar, membakat diri sendiri dan yang
menembus. Di sini berarti menembus kegelapan waktu malam.
Kata yang sama tsaqib
juga dipakai untuk menunjukkan bintang-bintang yang berekor. Ekor itu
adalah hasil pembakatan di dalamnya. Sesuai dengan pengamatan sains moderen
bahwa bintang berekor adalah komet lonjong dan muncul 100 tahun sekali. Komet
juga merupakan anggota tata surya. Jika mendekati matahari maka sebagian massa
dari komet itu terbakar akibat dari radiasi (angiri) matahari dan
mengeluarkan semburan api, sehingga tampak seperti ekor dan disebut dengan
bintang berekor.
Jadi pada hakikatnya,
bintang ada yang sedemekian besar sehingga melebihi ribuan bahkan jutaan kali
matahari. Bintang juga sangat panas, yang panas warnanya putih kebiru-biruan
dan suhu permukaannya lebih dari 20.000
drajat Celcius. Bintang yang lebih dingin berwarna kekuning-kuningan
atau merah. Matahari adalah bintang kuning yang berukuran sedang.[3]
Hancur dan
hilangnya Bintang
Masih berhubungan dengan bintang, namun di sini
mengenai ayat al-qur’an yang berhubungan dengan peristiwa hancurnya atau
hilangnya sebuah bintang.
#sŒÎ)ur
ãPqàf–Y9$# ôNu‘y‰s3R$#
ÇËÈ
Artinya:
Dan apabila bintang-bintang berjatuhan, (QS At-Takwir: 2)
#sŒÎ*sù
ãPqàf–Y9$# ôM|¡ÏJèÛ ÇÑÈ
Artinya:
Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan”(QS: al-Mursalat; 8)
Peristiwa ini disebut sebagai Nova oleh
para ilmuwan, Sebuah bintang yang tiba-tiba mengalami peningkatan
kecemerlangan. Peristiwa ini disebut Nova yang dalam bahasa latin memiliki arti
“bintang baru”. Disebut bintang baru karena, bintang yang biasanya redup dan
tidak dapat dilihat dengan mata tanpa alat, tiba-tiba menjadi obyek yang sangat
terang di langit ketika ia menjadi nova.
Selain nova, ada peristiwa ledakan yang
lebih dahsyat lagi yang kita kenal sebagai ledakan supernova. Nama supernova di
dapat dari peristiwa terangnya sebuah bintang yang jauh lebih terang dari nova.
Supernova merupakan peristiwa ledakan bintang yang miliaran kali lebih terang
dari nova dan dikenal sebagai salah satu cara bintang mengakhiri
hidupnya. Peningkatan kuat cahayanya kira-kira 8 kali lebih besar dari
nova.
Lanjut Hipernova merupakan peristiwa yang jauh lebih
dahsyat dari supernova. Meskipun belum dapat dipastikan bagaimana proses yang
tepat untuk kejadiannya, yang bisa diketahui hanyalah terbentuknya sebuah
lubang hitam dan pelepasan energi dalam jumlah besar dalam bentuk sinar gamma.[4]
karakter bintang
Ixsù ãNÅ¡ø%é& ħ¨Zèƒø:$$Î/ ÇÊÎÈ Í‘#uqpgø:$#
ħ¨Yä3ø9$# ÇÊÏÈ
Artinya: Sungguh, Aku
bersumpah demi bintang tersembunyi, Yang bergerak cepat yang menyapu (QS
at-Takwir: 15-16)
Dalam ayat ini Allah bersumpah dengan salah satu
makhluk-Nya yakni bintang yang memiliki tiga karakter. Pertama, khunnas (الْخُنَّسِ);
yang tersembunyi dan tidak terlihat. Karenanya, setan disebut juga khannaas (الخناس)
karena ia tidak terlihat oleh bani Adam. Ini persis yang disebutkan ilmuwan
tentang karakter black hole yakni; invisible.
Kedua, aljawaar (الْجَوَارِ)
bergerak cepat dan sangat cepat. dan karakter black hole kedua adalah moves
(bergerak). Lafadz Al Quran tajri lebih jelas penjabarannya dibanding
penjelasan ilmuwan, sebab kata tajri bermakna bergerak cepat atau lari.
Sementara moves tidak menggambarkan bergerak dengan cepat.
Ketiga, al-kunnas (الْكُنَّسِ)
yang menyapu dan menelan setiap yang ditemuinya. Ini merupakan karakter black
hole yang ketiga yaitu: vacuum cleaner. Kunnas berasal dari kanasa
artinya menyapu, miknasah (sapu) alat untuk menyapu. Kunnas adalah bentuk jamak
dari kaanis yang menyapu. Kunnas adalah shigat muntaha jumuk (bentuk jamak
paling tinggi) dari bentuk tunggal kaanis.
Para ulama tafsir klasik menjelaskan makna khunnas al
jawaril kunnas adalah bintang yang cahayanya tidak muncul di siang hari dan
muncul di malam hari. Namun ini hanya penafsiran bukan makna sesungguhnya.
Penafsiran paling sesuai dengan realitas alam raya adalah black holes. [5]
Galaksi
Ïä!$uK¡¡9$#ur ÏN#sŒ ÆlrçŽã9ø9$# ÇÊÈ ÏQöqu‹ø9$#ur ÏŠqããöqpRùQ$# ÇËÈ 7‰Ïd$x©ur 7Šqåkô¶tBur ÇÌÈ
Artinya: “Demi langit yang mempunyai
gugusan bintang, Dan hari yang dijanjikan, Dan yang menyaksikan dan yang
disaksikan.”QS; al-Buruj: 1-3
Kata البروجal-Buruj adalah bentuk jamak dari kata البرج al-burj
yang mulanya berarti sesuatu yang
nampak. Kata ini sering kali digunakan dalam arti bangunan besar atau istana
yang tinggi. Karena besaran dan ketinggiannya menjadikan ia tampak jelas.
Banyak ulama memahami kata al-Buruj dalam arti gugusan bintang.[6]
Semua bintang
yang dapat kita lihat dengan mata, termasuk matahari hanyalah sebagian kecil
bintang dalam galaksi kita. Jumlah galaksi yang ditaksir 200 Miliar. Bila pada
malam hari yang cerah kita melihat ke arah pusat bintang galaksi kita dapat melihat jalur
putih yang membentang di langit, yaitu Bima Sakti atau Milky Way. Jalur putih
ini adalah kumpulan bermiliar bintang membentang di galaksi.[7]
Galaksi
kita bukan satu-satunya yang ada di alam semesta. Galaksi Andromeda, adalah galaksi besar yang
dekat dengan galaksi Bima sakti. Jarak galaksi ini, 2,2 juta tahun cahaya. Di
galaksi Andromeda terkandung 250 miliar bintang.[8]
ߧôJ¤±9$#ur
“ÌøgrB
9hs)tGó¡ßJÏ9
$yg©9
4
y7Ï9ºsŒ
ãƒÏ‰ø)s?
Í“ƒÍ•yèø9$#
ÉOŠÎ=yèø9$# ÇÌÑÈ
Artinya:
Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang
Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. (QS: Yasiin: 38)
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah
ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para
ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720
ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar
Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer
dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi
matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam
semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Terdapat sekitar 200 miliar galaksi di alam semesta yang
masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang
ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan.
Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan
dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah
"berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan
yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga
bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.
Garis
edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa.
Galaksi-galaksi yang lain pun berjalan pada kecepatan yang luar biasa dalam
suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak
satu pun dari benda-benda angkasa ini saling memotong dengan lintasan yang
lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, sudah teramati bahwa sejumlah
galaksi yang berpapasan satu sama lain, tidak akan saling bersentuhan satu pun
dari bagian-bagiannya.
Dapat
dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki
teleskop seperti masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang
angkasa yang berjarak jutaan hingga miliaran kilometer, tidak pula punya
pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah
mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi
lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut.
Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang
diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah firman Allah.[9]
2. Manfaat Rasi Bintang Bagi Manusia Menurut al-Qur’an
Rasi
bintang atau konstelasi adalah sekelompok bintang yang tampak berhubungan
membentuk suatu konfigurasi khusus dan maksud tertentu dari Sang Pencipta alam
semesta. Al-Qur'an telah menjelaskan fungsi dan manfaat bintang-bintang di
langit bagi kepentingan umat manusia di bumi, seperti sebagai alamat yang
menjadi petunjuk pada kegelapan darat dan lautan, penghias bagi langit dunia
dan lain sebagainya.
Al-Qur'an
juga menegaskan bahwa bintang-bintang juga itu menjadi sumber rezki di langit
dan sekaligus menjadi perisai yang membendung keganasan rerentuhan benda-benda
langit yang setiap detik mengancam keberlangsungan hidup di dunia. Karena Allah
telah melengkapi bintang-bintang tersebut dengan berbagai perasarana
keselamatan, seperti keterikatan yang kokoh, kepaduannya satu sama lain dan
gaya gravitasi yang dimiliki masing-masing, sehingga tidak saling mengancam
satu sama lain.
Berikut
ini beberpa contoh manfaat-manfaat bintang dan rasi bintang tersebut:
Pertama:
Rasi bintang sebagai sarana petunjuk arah di pada kegelapan darat dan lautan,
Allah SWT berfirman:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ
لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ
لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (٩٧)
Artinya: "Dan
Dia-lah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya
petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah
menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang
mengetahui" (QS: 6: 97).
Ayat
ini dapat diartikan bahwa Allah SWT telah merekayasa bintang-bintang di langit
membentuk sebuah konfigurasi khusus sebagai konstelasi atau rasi bintang,
sehingga dapat dijadikan untuk menentukan arah. Jika kita menemukan bintang
utara, kita akan dapat menemukan arah utara, selatan, timur, dan barat. Dengan
mengetahui arah, kita dapat menemukan jalan saat tersesat, atau ketika berlayar
di laut.[10]
Kedua:
Rasi bintang sebagai penghias langit dunia: Rasi bintang sebagaimana juga
bintang lainnya dan planet-planet, merupakan keistimewaan langit dunia dan
penghiasnya, seperti firman Allah:
وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا
وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ (١٦
Artinya: "Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan
Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya)" (QS:
15: 16)
.إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا
بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ (٦)
Artinya:"Sesungguhnya
Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu
bintang-bintang"(QS:37:6)
َقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي
يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ
الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (١٢)
Artinya: "Maka
Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap
langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui"(QS: 41: 12)
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا
بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ
عَذَابَ السَّعِيرِ (٥)
Artinya: "Sesungguhnya
Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan
bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka
siksa neraka yang menyala-nyala" (QS: 67: 5).
Ketiga:
Konfigurasi, bintang-bintang (pelita), planet-planet dan satelit-satelit alami
adalah sarana yang paling penting untuk cahaya gelap malam, terutama dengan
cahayanya sendiri dan planet-planet serta satelit-satelit refleksi lampu-lampu
bintang memberikan cahaya juga. Jika tidak demikian, bumi menjadi gelap-gulita
malam. Mencengkeram, menakutkan dan sangat mengganggu.
x8u‘$t6s? “Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ’Îû Ïä!$yJ¡¡9$# %[`rãç/ Ÿ@yèy_ur $pkŽÏù %[`ºuŽÅ #\yJs%ur #ZŽÏY•B ÇÏÊÈ
Artinya: “Maha suci Allah yang menjadikan
di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan
bulan yang bercahaya”.
Keempat:
Rasi bintang sebagai bintang-bintang dan planet-planet rudal untuk setan:
Manusia mempercayai bahwa rudal untuk setan cukup hanya dengan meteor saja,
firman Allah SWT:
وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا
وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ (١٦) وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ
(١٧) إِلا مَنِ سْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ مُبِينٌ (١٨)
Artinya: "Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan
Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya), Dan Kami
menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk, Kecuali setan yang mencuri-curi
(berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api
yang terang (meteor)" (QS: 15: 16-18).
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا
بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ (٦) وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ (٧) لا
يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلإ الأعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِ جَانِبٍ (٨)
دُحُورًا وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ (٩) إِلا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ
شِهَابٌ ثَاقِبٌ (١٠)
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah
menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah
memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap setan yang sangat durhaka,
setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan
mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka
siksaan yang kekal, akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang
mencuri-curi (pembicaraan); Maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang (meteor)" (QS: 37:10-6)
.وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ
فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا (٨)
Artinya: "Dan sesungguhnya kami
(bangsa jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya
penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api (meteor)" (QS:
72: 8).
Kelima:
Rasi bintang, bintang dan planet-planet sebagai sumber memperoleh rezki dari
langit, seperti firman Allah SWT:
وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا
تُوعَدُونَ (٢٢)
Artinya: "Dan di langit terdapat
(sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu" (QS:
51: 22).
Para pakar tafsir dunia mengomentari ayat ini sebagai
urusan rezki dan penentuan janji, karena yang dijanjikan itu adalah surga atau
neraka dan keberuntungan (pahala) atau siksaan. Sebagian ahli tafsir yang lain
sebagai hujan, menafsirkan langit sebagai awan.
Tentu semua penafsiran ini benar adanya, dan benar
juga ungkapan Ibnu Abbas ra. yang mengatakan bahwa waktulah akan menafsirkan
al-Qur’an, tokoh-tokoh tafsir di atas umumnya lahir sebelum era observasi ke
luar angkasa maka pengetahuan astronomi mereka sangat terbatas. Namun
belakangan ini fakta ilmiah datang meyakinkan bahwa segala aspek yang telah
diciptakan oleh Allah SWT di jantung bintang-bintang merupakan sumber rezeki
dan diturunkan ke bumi dengan skala telah ditentukan sesuai ukurannya. Itu
semua diketahui setelah abad pertengahan terutama setelah tahun 1960-an.[11]
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penulis sangat
yakin bahwa generasi-generasi mendatang, akan mengungkap lebih banyak
lagi rahasia-rahasia yang jauh dari yang
kita ketahui sekarang. Dengan demikian, isyarat-isyarat ilmiah alam semesta
dalam al-Qur'an akan tetap menjadi saksi keagungan Allah SWT dan bukit
ketuhanan-Nya yang mutlak. Begitu juga dapat mengukuhkan kenabian dan risalah,
bahwa nabi Muhammad SAW tiada-lah berucap sesuka hati tetapi wahyu dari Allah
Pencipta alam semesta
2. Saran
Demikianlah
makalah tenteng “Tafsir Ayat Tentang Bintang dan Galaksi” yang kami
susun. Tentunya dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,
baik dalam ssegi penulisan maupun segi
materinya. Maka dari itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar dapat
lebih baik lagi dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Abidin
,Dr. Danial Zainal, E-book QUR’AN SAINTIFIK, Menerka Qur’an daripada
Teropong Sains. (PTS Millennia
Sdn Bhd)
Admiranto, Gunawan, menjelajahi
Bintang, galaksi, dan Alam Semesta, Yogyakarta: PENERBIT KANISIUS) 2009
al-Ghazali, Amru dan Khalid, Muhammad
dan Imam, Segarkan Imanmu dengan Ibadah Berfikir, Selaksa Hikmah di Balik
Ciptaan Allah, (Jakarta: PT SERAMBI ILMU SEMESTA) 2006
Bucaille,
Dr. Maurice, Bibel, Qur’an, dan Sains Modern, Terj. Rasyidi, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979
Hartono, Geografi: Jelajah Bumi dan
Alam Semesta, (Bandung: Penerbit Citra Praya) 2007
Shihab, M. Quraish, Tafsir
al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: lentera Hati
2003
Sutantyo, Winardi, bintang-bintang
di Alam Semesta, (Bandung: ITB 2010)
Yahya,
Harun, E-book Keajaiban Al-Qur’an, (International: 2003)
[1] Dr. Maurice Bucaille, Bibel, Qur’an, dan
Sains Modern, Terj. Rasyidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 156
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan,
Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: lentera Hati. 2003. Vol 15 h. 205
[4] Dr. Danial Zainal Abidin, E-book QUR’AN SAINTIFIK, Menerka Qur’an daripada Teropong Sains. (PTS Millennia Sdn Bhd
hal. 55
[10] Gunawan admiranto, menjelajahi Bintang, galaksi, dan
Alam Semesta, Yogyakarta: PENERBIT
KANISIUS) 2009 Hal. 1
[11] Amru Muhammad Khalid dan Imam al-Ghazali, Segarkan
Imanmu dengan Ibadah Berfikir, Selaksa Hikmah di Balik Ciptaan Allah,
(Jakarta: PT SERAMBI ILMU SEMESTA) 2006 Hal. 128
1 comments:
Click here for commentsSangat membantu membuka fikiran ke arah yang sangat luar biasa tentang pemahaman dari segi astronomi..
Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon