I.
Pendahuluan
Allah
menciptakan manusia untuk menyembah-Nya, mengikuti aturan-aturan yang telah
dibuat-Nya, yang disampaikan melalui utusan (Rasul) sebagai pemberi kabar
gembira dan pemberi ancaman. Orang-orang yang mengikutinya akan mendapat
balasan yang telah dijanjikan Allah baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan
orang yang tidak mau mengikutinya, akan mendapatkan siksa yang amat pedih di
akhirat kelak. Janji dan ancaman itu telah disampaikan melalui firman-Nya yang
menjadi mukjizat paling agung bagi baginda Muhammad SAW. Yaitu al-Qur’an
al-Karim. Berikut ini akan kami sampaikan beberapa ayat yang membahas tentang
janji dan ancaman Allah tersebut.
II.
Rumusan Masalah
- Allah
Tidak Akan Mengingkari Janji-Nya
- Ayat-Ayat
yang menyatakan Janji dan Ancaman Allah:
a. Surat
Al Imran: 10
b. Surat
An Nisa’:122
c. Surat
Al Maidah: 9-10
d. Surat
Al Maidah: ayat 85-86.
III.
Pembahasan
1. Allah
Tidak Akan Mengingkari Janji-Nya
!$oY/u‘ y7¨RÎ) ßìÏB$y_ Ĩ$¨Y9$# 5QöquŠÏ9 žw |=÷ƒu‘ Ïm‹Ïù 4 žcÎ) ©!$# Ÿw ß#Î=÷‚ムyŠ$yèŠÏJø9$# ÇÒÈ
9.
"Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima
pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya Allah
tidak menyalahi janji.(Al Imran: 9).
Sesungguhnya engkau
tidak menyalahi janji. Kata janji adalah terjemahan dari kata niat yang
digunakan ayat di atas. Patron kata ini menunjukkan kesinambungan dan
kemantapan sedangkan janji yang dimaksud adalah janji baik bukan janji yang
mengandung ancaman.
Ayat
ini mengandung isyarat, bahwa harapan utama orang-orang mukmin adalah
kenikmatan ukhrawi, karena itu setelah mereka bermohon agar dimantapkan hati
mereka dalam keimanan, mereka memohon janji-janji-Nya di akhirat. Seakan-akan
mereka berkata, kami tidak mengharapkan dunia dan segala kenyamanannya, yang
kami harapkan dari permohonan kemantapan iman itu adalah kenikmatan yang engkau
janjikan kepada orang-orang yang beriman dan taat kepada-Mu.[1]
2. Ayat-Ayat
Janji dan Ancaman Allah
a. Surat
Al Imran ayat 10
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#rãxÿx. `s9 š_Í_øóè? óOßg÷Ytã óOßgä9ºuqøBr& Iwur Oèd߉»s9÷rr& z`ÏiB «!$# $\«ø‹x© ( y7Í´¯»s9'ré&ur öNèd ߊqè%ur Í‘$¨Y9$# ÇÊÉÈ
10.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka,
sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. dan mereka itu adalah
bahan Bakar api neraka, (Al Imran: 10).
Sesungguhnya
orang-orang yang kafir, yang menutupi tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah,
serta mengingkari petunjuk-petunjuknya, dan menduga bahwa harta benda dan
anak-anak mereka dapat menghalangi mereka dari siksanya, sebenarnya sekali-kali
tidak akan berguna bagi mereka harta benda yang Allah serahkan pada mereka
walau sebanyak apapun dan (demikian pula) anak-anak mereka, walau sebanyak dan
sekuat apapun terhadap siksa Allah sedikitpun. Mereka tidak dapat menolak
siksanya, bahkan mereka itu adalah bahan bakar api neraka.
Ayat ini mengandung makna kegagalan segala
upaya untuk menolak siksa, bahkan menggambarkan kesempurnaan siksa yang akan
mereka derita. Karena seperti tulis Fahrudin ar Razi dalam tafsirnya, “kesempurnaan
siksa adalah hilangnya segala apa yang dapat dimanfaatkan manusia serta
berkumpulnya segala sesuatu yang dapat menyakitkannya. Danak harta adalah dua
hal yang amat diandalkan manusia untuk meraih manfaat, tetapi keduanya,
dinyatakan tidak berguna oleh ayat di atas. Sedangkan menjadi bahan bakar
neraka adalah siksa yang berkesinambungan dan
amat pedih. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya
dipanaskan/dipanggang, tetapi justru menjadi sumber kesinambungan api, dan
merekalah yang berada di tengah api yang berkobar itu.”[2]
b. Surat
An Nisa’ Ayat 22
šúïÏ%©!$#ur (#qãYtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# óOßgè=Åzô‰ãZy™ ;M»¨Zy_ “ÌøgrB `ÏB $ygÏFøtrB ã»yg÷RF{$# tûïÏ$Î#»yz !$pkŽÏù #Y‰t/r& ( y‰ôãur «!$# $y)ym 4 ô`tBur ä-y‰ô¹r& z`ÏB «!$# WxŠÏ% ÇÊËËÈ
122.
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan
ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. dan
siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah ? (An Nisa’:122).
Melalui
ayat ini dijelaskan apa yang menanti orang-orang yang taat, yakni orang-orang
yang beriman dengan keimanan yang benar dan mengerjakan amal sholeh sebagaiman
yang diajarkan Allah dan Rosul-Nya, kelak dengan janji yang pasti dan tidak
meleset akan kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya, baik di sekitar istana-istananya, maupun di bawah kebunnya, mereka
kekal di dalamnya bukan hanya dalam waktu lama tetapi selama-lamanya. Allah
telah membuat suatu janji yang benar, yakni sesuai dengan kenyataan, betapa
tidak sesuai padahal yang menjanjikan adalah Allah yang maha kuasa lagi maha
benar perkataannya. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?
Tidak ada!
Di
atas terbaca aneka penekanan, yaitu pada kata abadan atau kekal. Ini karena
kata kekal berarti waktu yang sangat lama. Selanjutnya janji itu dinyatakan
sebagai janji yang haq, dan penekanan ketiga pada penutup ayat menggunakan
redaksi pertanyaan, tetapi maksudnya adalah penafian,yakni tidak ada yang lebih
benar ucapannya dari Allah SWT.[3]
c. Surat
Al Maidah Ayat 9-10
y‰tãur ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# Mçlm; ×otÏÿøó¨B íô_r&ur ÒOŠÏàtã ÇÒÈ šúïÏ%©!$#ur (#rãxÿx. (#qç/¤‹x.ur !$oYÏF»tƒ$t«Î/ šÍ´¯»s9'ré& Ü=»ysô¹r& ÉO‹Åspgø:$# ÇÊÉÈ
9.
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh,
(bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
10.
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah
penghuni neraka.(Al Maidah: 9-10).
Allah
telah menjanjikan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang sesuai dengan isi
hati mereka dan membuktikannya dengan beramal sholeh bahwa uutuk mereka ampunan
untuk dosa-dosa mereka dan pahala yang besar, baik di dunia lebih-lebih di
akhirat sebagai buah dan imbalan bagi amal-amal mereka. Adapun orang-orang yang
kafir yang menolak ajaran rasul dan mendusakan ayat-ayat kami yang disampaikan
oleh para rasul, maka mereka itu -yang ditunjuk oleh ayat ini- bukan selain
mereka yang sangat jauh dalam kekafirannya, serta amat jauh dari rahmat Allah,
adalah penghuni-penghuni neraka.
Janji
Allah pasti ditepatinya. Karena sebab-sebab pengingkara janji tidak dapat
menyentuh Allah. Biasanya seseorang tidak dapat memenuhi janjinya, jika ia tidak
tahu apa yang akan terjadi, atau tidak mampu memenuhi janjinya, atau takut dan
ada kepentingan yang lain. Hal- hal tersebut tidak mungkin menyentuh Allah SWT
sedikitpun, dan karena itu pasti janji-Nya yang baik terpenuhi. Memang
janji-Nya yang berupa ancaman dapat tidak dipenuhi-Nya, bukan karena hal-hal di
atas, tetapi karena kasih sayangnya. Ancaman-Nya pun ketika disampaikan-Nya
antara lain sekadar untuk menakut-nakuti agar manusia menghindari apa yang
dilarang-Nya. Ancaman yang dibatalkan, pada saat seseorang mampu menjatuhkannya
merupakan salah satu hal yang terpuji.
Kata
ashab adalah bentuk jamak dari kata shohib/yang menemani(teman). Yang menemani
selalu bersama yang ditemaninya, sehingga ashabun nar, adalah orang-orang yang
selalu menemani dan ditemani oleh api neraka, tidak pernah terlepas atau dapat
melepaskan diri darinya. Itulah yang dimaksud dengan terjemahan penghuni
neraka.[4]
d. Surat
Al Maidah ayat 85-86
ÞOßgt6»rOr'sù ª!$# $yJÎ/ (#qä9$s% ;M»¨Zy_ “ÌøgrB `ÏB $ygÏFøtrB ã»yg÷RF{$# tûïÏ$Î#»yz $pkŽÏù 4 šÏ9ºsŒur âä!#t“y_ tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÑÎÈ tûïÏ%©!$#ur (#rãxÿx. (#qç/¤‹Ÿ2ur !$oYÏF»tƒ$t«Î/ y7Í´¯»s9'ré& Ü=»ptõ¾r& ÉOŠÅspgø:$# ÇÑÏÈ
85. Maka Allah memberi mereka pahala terhadap Perkataan yang
mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang
mereka kekal di dalamnya. dan Itulah Balasan (bagi) orang-orang yang berbuat
kebaikan (yang ikhlas keimanannya).
86.
dan orang-orang kafir serta mendustakan ayat-ayat Kami, mereka Itulah penghuni
neraka.
(Al Maidah: 85-86).
Maka,
Allah memberi mereka ganjaran sebagai imbalan perkataan yang mereka ucapkan,
yang lahir dari keyakinan yang benar dan hati yang tulus. Ganjarannya yaitu
surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sedang mereka kekal di dalamnya.
Yakni di dalam surga itu. Dan itulah balasan yang akan diterima para muhsinin,
yakni orang yang selalu berbuat kebajikan. Baik mereka yang dibicarakan ayat
ini maupun orang selainnya. Dan orang-orang kafir yang menutupi kebenaran serta
mendustakan ayat-ayat kami, yakni menolak mempercayai atau mengamalkannya, maka
mereka itulah penghuni neraka yang akan disiksa sesauai kedurhakaan mereka.
Ayat
di atas menunjukkan bahwa harapan mereka yang berdoa untuk dicatat bersama
orang-orang yang menjadi saksi, telah dikabulkan Allah dengan memasukkan mereka
ke surga, bahkan mereka dinamai al muhsinin, suatu gelar yang dinilai banyak
ulama’ sebagai gelar tertinggi, karena ihsan lebih luas cakupan makna dan
kandungannya dari sekadar memberi nikmat. Maknanya bahkan lebih tinggi dan
dalam arti kandungan makna adil, karena adil adalah memperlakukan orang lain
sama dengan perlakuan terhadap anda. Sedangkan ihsan adalah memperlakukan orang
lain lebih baik dari perlakuan terhadap anda. Adil adalah mmengambil semua hak
anda dan atau memberi semua hak orang lain, sedang ihsan adalah memberi lebih
banyak dari apa yang harus diterimanya dan mengambil darinya lebih sedikit dari
yang seharusnya diambil. Kalo Allah telah menilai seseorang sebagai muhsin,
maka itu bearti ia akan memperoleh darinya lebih banyak dari apa yang
sewajarnya ia peroleh. Dia tidak sekadar memperoleh nikmat-Nya tetapi juga
kelebihan dari sisi-sisi-Nya.
Kata
ashab yang dikaitkan dengan an-nar/api neraka adalah bentuk jamak dari kata
shohib. Yakni teman yang selalu menyertai seseorang dan tidak berpisah
dengannya. Para penghuni neraka itu,
disebut dengan ashabun nar karena neraka akan selalu bersama mereka,
menyukai dan enggan berpisah dari mereka, layaknya seorang teman dengan
sahabatnya.[5]
IV.
Penutup
Sebagai
seorang mukmin kita yakin dengan sepenuh hati akan kebenaran al-Qur’an, Allah
telah berfirman bahwa orang-orang yang beriman dan beramal shaleh kelak akan
mendapatkan balasan berupa surga. Begitupun sebaliknya orang-orang yang kufur
kelak akan mendapatkan siksa yang pedih. Itulah janji dan ancaman Allah. Wallahu
a’lam bis shawab.
V.
Daftar Pustaka
Shihab, Quraisy, M., Tafsir
Al-Misbah, volume 2, (jakarta: Lentera Hati, 2002)
Shihab, Quraisy, M., Tafsir
Al-Misbah, volume 3, (jakarta: Lentera Hati, 2002).
Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon