Tafsir Ayat Tentang Tolong Menolong

     I.          Pendahuluan
Sikap tolong menolong adalah ciri khas umat muslim sejak masa Rasulullah shalallahu alaihi wasalam. Pada masa itu tak ada seorang muslim pun membiarkan muslim yang lainnya kesusahan, hal ini tergambar jelas ketika terjadinya hijrah umat muslim Mekkah ke Madinah, kita tahu bahwa kaum Anshor menerima dengan baik kedatangan kaum Muhajirin dengan sambutan yang meriah, kemudian mempersilahkan segalanya bagi para Muhajirin: rumah, ladang, dan lain-lain. Hal ini juga banyak ditegaskan dalam hadits-hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, seperti pada hadits-hadits Rasulullah yang menerangkan bahwa setiap muslim adalah sama di mata Allah subhanahu wa ta’ala kecuali karena perbuatan mereka dan keimanan mereka. adapun yang menerangkan bahwa semua muslim itu sama, maka jika merasa seseorang diantara mereka teraniaya, yang lainnya pun akan merasakannya.
Bukan hanya dalam hadits-hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, dalam Al-Qur’an pun sebagai sumber rujukan utama banyak dijelaskan tentang sikap tolong-menolong itu. Seperti pada tiga ayat berikut, yaitu: Al-Maidah ayat 2, yang akan dijelaskan dalam bab pembahasan berikut.

   II.          Pembahasan
1.    Tafsir Ayat-ayat Tentang Tolong Menolong
Islam juga menyeru kepada umat manusia untuk hidup rukun dan saling tolong-menolong dalam melakukan perbuatan mulia dan mengajak mereka untuk saling bahu membahu menumpas kedzoliman dimuka bumi ini, dengan harapan kehidupan yang damai dan sejahtera dapat terwujud. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَإِرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهرَ الحَـرَامَ وَلَا الهَدىَ وَلَا القَلَإِدَ وَلَاۤ اٰمِّينَ البَيتَ الحَـرَامَ يَبـتَغُونَ فَضلًا مِّن رَّبِّهِم وَرِضوَانًا ‌ؕ وَاِذَا حَلَلتُم فَاصطَادُوا‌ ؕ وَلَا يَجرِمَنَّكُم شَنَاٰنُ قَومٍ اَن صَدُّوكُم عَنِ المَسجِدِ الحَـرَامِ اَن تَعتَدُوا‌  وَتَعَاوَنُوا عَلَى البِرِّ وَالتَّقوٰى‌ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الاِثمِ وَالعُدوَانِ‌ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيدُ العِقَابِ‏ ﴿۲
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS Al-Maidah : 2)
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah, dia berkata : “Al-Hattam bin Hinduwal Bakri datang ke madinah dengan beberapa untanya yang membawa bahan makanan untuk dijual. Kemudian dia mendatangi Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dan menawarkan barang dagangannya. Setelah itu dia masuk islam. Ketika dia keluar dari rumah Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, beliau bersabda kepada orang-orang yang ada didekat beliau : ‘Dia datang kepadaku dengan wajah orang jahat. Lalu dia pergi dengan punggung seorang penghianat’. Ketika Al-Hattam sampai ke Yamamah, dia keluar dari islam (murtad).
Ketika bulan dzulhijah, dia pergi ke mekkah dengan membawa rombongan untanya yang membawa bahan makanan. Ketika orang-orang muhajirin dan orang-orang anshor mendengar berita kedatangannya ke mekkah, mereka pun bersiap-siap untuk menyerang kafilah untanya. Maka Allah menurunkan firman-Nya : ‘Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syiar kesucian Allah...’. Akhirnya mereka pun tidak jadi melakukan hal itu.”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari As-Suddi, hadis yang serupa dengannya.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Zaid bin Aslam, dia berkata : “Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dan para sahabatnya berada di hudaibiyyah ketika orang-orang musyrik menghalangi mereka ke Baitullah. Hal itu membuat marah para sahabat. Ketika dalam keadaan demikian, beberapa orang musyrik dari daerah timur melintasi mereka menuju ke Baitullah untuk melakukan umroh. Para sahabat berkata: ‘Kita halangi mereka agar tidak pergi ke Baitullah, sebagaimana mereka menghalangi kita’. Lalu Allah menurunkan firman-Nya : ‘Janganlah sampai kebencianmu kepada suatu kaum karena menghalang-halangimu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka)’.” [1]
Tafsirannya :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى البِرِّ وَالتَّقوٰى
“dan tolong-menolong dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa”. Ibnu Abbas berkata : kata al-birr maksudnya adalah sesuatu yang diperintahkan dan kata at-takwa maksudnya adalah menjauhi sesuatu yang dilarang. [2]
Al-Akhfasy berkata, “Firman Allah ini terputus atau terpisah dari firman Allah sebelumnya. Perintah untuk tolong menolong dalam mengerjakan kebajikan dan takwa ini merupakan perintah bagi seluruh manusia. Yakni, hendaklah sebagian kailan menolong sebagian yang lain. Berusahalah untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan mengaplikasikannya. Jauhilah apa yang Allah larang dan hindarilah.” Penakwilan in sesuai dengan apa yang diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda,
أَلدَّالُّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِ
“Orang yang menunjukkan kepada sesuatu adalah seperti orang yang melakukannya.” (HR Ath-Thabarani)
Dikatan juga : “Orang yang menunjukkan kepada keburukan adalah seperti orang yang melakukannya.”
Selanjutnya dikatakan, kebajikan dan takwa adalah dua lafazh yang mengandung makna yang sama. Allah mengulangi makna ini dengan lafazh yang berbeda guna memberikan penegasan dan penekanan. Sebab setiap kebajikan adalah takwa dan setiap takwa adalah kebajikan.
Ibnu Athiyah berkata : “Dalam hal ini perlu ada toleransi yag diberikan. Sebab kebiasaan menunjukkan bahwa makna kedua lafazh ini adalah kebajikan itu mencakup hal yang wajib dan sunnah, sedangkan takwa adalah memelihara kewajiban. Jika salah satu dari kedua kata ini digunakan sebagai pengganti bagi kata yang satunya, maka itu dilakukan melalui jalur majaz.”
Al-Mawardi berkata : “Allah menganjurkan untuk saling tolong-menolong dalam kebajikan, dan Allah pun menyertakan ketakwaan kepada-Nya terhadap anjuran itu. Sebab dalam ketakwaan terdapat keridhaan Allah, sedangkan dalam kebajikan terdapat keridhaan manusia. Sementara orang yang menyatukan antara keridhaan Allah dan keridhaan manusia, maka sesungguhnya sempurnalah kebahagiaannya dan luaslah nikmatnya.”
Ibnu khuwaizimandad berkata dalam Ahkam-nya : “Tolong-menolong dalam mengerjakan kebajikan dan takwa dapat dilakukan dengan berbagai cara. Adalah suatu hal yang wajib bagi seorang alim untuk menolong manusia dengan ilmunya, sehingga dia mau mengajari mereka. Sedangkan orang yang kaya wajib menolong mereka dengan hartanya. Adapun orang pemberani, (dia wajib memberikan pertolongan) di jalan Allah dengan keberaniannya. Dalam hal ini hendaknya kaum muslim itu saling membantu, layaknya tangan yang satu. “kaum muslimin itu setara darahnya, orang-orang yang lemah (di antara) mereka berjalan di bawah perlindungan mereka [orang-orang yang kuat], dan mereka adalah penolong bagi selain mereka. Dalam hal ini, mereka wajib berpaling dari orang yang sewenag-wenang, tidak menolongnya, dan mengembalikan apa yang menjadi kewajibannya (kepada orang yang berhak menerimanya).”
Selanjutnya Allah mengeluarkan larangan, dimana Allah berfirman :
وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الاِثمِ وَالعُدوَانِ‌
“Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. Ini merupakan ketetapan yang diperuntukkan bagi dosa dan udwan, yaitu menzhalimi manusia. Setelah itu Allah memerintahkan agar bertakwa dan mengeluarkan ancaman secara global Allah berfirman :
وَالعُدوَانِ‌ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيدُ العِقَابِ
“dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” [3]
Di dalam tafsir lain dijelaskan, bahwa Allah ta’ala memerintahkan kepada hamba­hamba­Nya yang beriman untuk saling menolong dalam berbuat kebaikan -yaitu kebajikan- dan meninggalkan hal­hal yang mungkar, hal ini dinamakan ketakwaan. Allah ta’ala. melarang mereka bantu­membantu dalam kebatilan serta tolong­menolong dalam perbuatan dosa dan hal­hal yang diharamkan.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa dosa itu ialah meninggalkan apa yang diperintahkan oleh Allah untuk dikerjakan. Pelanggaran itu artinya melampaui apa yang digariskan oleh Allah dalam agama kalian, serta melupakan apa yang difardukan oleh Allah atas diri kalian dan atas diri orang lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Abu Bakar ibnu Anas, dari kakeknya (yaitu Anas ibnu Malik) yang menceritakan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasalam pernah bersabda :
أنْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا
“Tolonglah saudaramu, baik dalam keadaan berbuat aniaya atau dianiaya.”
Lalu ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, orang ini dapat kutolong jika ia dianiaya. Tetapi bagaimanakah menolongnya jika dia berbuat aniaya?” Maka Rasulullah shalallahu alaihi wasalam menjawab :
تَحْجُزُهُ وَ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ فَذَاكَ نَصْرُهُ
“Kamu cegah dan kamu halang­halangi dia dari perbuatan aniaya, itulah cara menolongnya.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara munfarid melalui hadis Hasyim dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Keduanya mengetengahkan hadis ini melalui jalur Sabit, dari Anas yang menceritakan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasalam telah bersabda :
أُنْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا، قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ هَذَا نَصَرْتُهُ مَظْلُوْمًا، فَكَيْفَ أُنْصُرُهُ ظَلِمًا ؟ قَالَ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ فَذَاكَ نَصْرُكَ إِيَّاهُ
“Tolonglah saudaramu, baik dia berbuat aniaya ataupun dianiaya.” Ditanyakan : “Wahai Rasulullah, orang ini dapat aku tolong bila dalam keadaan teraniaya, tetapi bagaimana menolongnya jika dia berbuat aniaya?” Rasulullah shalallahu alaihi wasalam menjawab : “Kamu cegah dia dari perbuatan aniaya, itulah cara kamu menolongnya.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Sa'id, dari Al­A'masy, dari Yahya ibnu Wassab, dari seorang lelaki sahabat Nabi shalallahu alaihi wasalam yang mengatakan :
اَلْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الَّذِيْ لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ
“Orang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar dalam menghadapi angguan mereka lebih besar pahalanya daripada orang mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar dalam menghadapi gangguan mereka.”
Imam Ahmad meriwayatkannya pula di dalam kitab Musnad Abdullah ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al­A'masy, dari Yahya ibnu Wassab, dari seorang syekh sahabat Nabi shalallahu alaihi wasalam yang mengatakan :
اَلْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنَ الَّذِيْ لَا يُخَالِطُهُمْ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ
“Orang mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar terhadap gangguan mereka lebih besar pahalanya daripada orang mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar terhadap gangguan mereka”
Imam Tirmidzi meriwayatkan hal yang serupa melalui hadis Syu'bah, dan Ibnu Majali meriwayatkannya melalui jalur lshaq ibnu Yusuf, keduanya dari Al­A'masy dengan lafaz yang sama. [4]
Dari Ibnu Hanbal, Abdul Rozak telah menceritakan kepada kami, Israil mengabarkan kepada kami, dari Simak, dari Abdurrahman bin Abdullah, dari ayahnya, ia berkata : Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda :
“Barangsiapa yang membantu kaumnya dalam berbuat kedholiman, maka ia seperti orang yang jatuh ke dalam sumur yang ditarik dengan ekornya.” (HR Al-Hakim)
Al­Hafiz Abu Bakar Al­Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abdullah ibnu Muhammad Abu Syaibah Al­Kuti. telah menceritakan kepada kami Bakr ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Isa ibnul Mukhtar, dari Ibnu Abu Laila. dari Fudail ibnu Amr, dari Abu Wa­il, dari Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasalam pernah bersabda :
ألدَّالُّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعَلِهِ
“Orang yang menunjukkan (orang lain) kepada perbuatan yang baik, sama pahalanya) dengan pelaku kebaikan itu.” [5]
Kemudian Al­Bazzar mengatakan bahwa kami tidak mengetahuinya meriwayatkan hadis kecuali dalam sanad ini. Menurut kami, hadis ini mempunyai syahid (bukti) dalam kitab sahih, yaitu :
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنِ اتَّبَعَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ أَثَامِ مَنِ اتَّبَعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barang siapa yang mengajak ke jalan petunjuk, baginya pahala semisal dengan semua pahala orang­orang yang mengikutinya sampai hari kiamat; hal tersebut tanpa mengurangi pahala mereka barang sedikit pun. Dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, baginya dosa yang semisal dengan semua dosa orang­orong yang mengikutinya sampai hari kiamat: ha! tersebut tanpa mengurangi dosa­dosa mereka barang sedikit pun.”
 Abui Qasim At­Jabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ishaq ibnu Ibrahim ibnu Zuraiq Al­Himsi, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Anu ibnul Haris, dari Abdullah ibnu Salim, dari 'Az­Zubaidi yang mengatakan, "Abbas ibnu Yunus pernah mengatakan bahwa Abui Hasan Namran ibnu Sakhr pernah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasalam telah bersabda :
مَنْ مَشَى مَعَ ظَالِمٍ لِيُعِيْنَهُ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ ظَالِمٌ فَقَدْ خَرَجَ مِنَ الْإِسْلَامِ
“Barang siapa yang berjalan bersama orang yang zalim untuk membantunya, sedangkan dia mengetahui kezalimannya, maka sesungguhnya dia telah keluar dari Islam.” [6]

Motivasi Untuk Melakukan Tolong-Menolong :
·      Mencari ridho Allah.
·      Mencontoh akhlak Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, karena Rasulullah adalah pribadi yang semangat melakukan tolong menolong dalam kebaikan.
·      Mengharapkan pahala yang lebih banyak.
·      Dengan tolong menolong maka lebih aman dari tipu daya musuh.

Hal-hal Yang Dapat Menguatkan Tolong-Menolong :
1.    Jujur.
2.    Sabar.
3.    Akhlaq Mulia.
4.    Berlemah Lembut.
5.    Hilm (menahan diri untuk melampiaskan amarah walaupun mampu) dan Tidak Tergesa-gesa.
6.    Tawadhu’.
7.    Menjauhi Tujuan Duniawi.

Perkara Yang Berkaitan Dengan Tolong Menolong :
1.    Najwa (pembicaraan rahasia), Hukum asal najwa adalah haram. Allah berfirman : “Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS An Nisa’: 114)
2.    Medan-medan tolong menolong sangat banyak, contohnya tolong menolong bersama para da’i dalam dakwah, tolong menolong dengan pemerintah, menasehati orang yang salah, membantu dan memenuhi keperluan orang lain.
3.    Menghalangi orang yang tolong menolong dalam kebaikan adalah dosa yang sangat besar. Bahkan bisa termasuk menghalangi manusia dari agama Allah.

Perkara Yang Menghalangi Dari Tolong Menolong :
1.    Kebencian atau Permusuhan
Sebagian orang mengatakan bahwa kebencian atau permusuhan menghalagi dari tolong menolong. Bagaimana saya bisa berkerja sama dengan orang yang ada masalah denganku? Sebenarnya adanya permasalahan tidak menghalagi dari kerjasama, Allah berfirman : “Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS Al Ma’idah: 2)
2.    Adanya kesalahan
Adanya kesalahan pada seseorang tidak menghalangi dari tolong menolong. Karena setiap orang pasti punya salah. Kita tolong menolong dalam hal yang baik saja bukan pada hal yang tidak benar.
3.    Adanya hajr
Pada dasarnya hajr atau memboikot dilarang dalam Islam kecuali karena hal yang dibenarnya. Alasan hajr dibenarkan: ada manfaat bagi yang dihajr, bagi yang menghajr atau bagi manusia.
4.    Adanya celaan
Adanya celaan pada dirimu jangan sampai menghalangimu dari kerja sama. [7]

III.          Penutup
Sebagaimana penjelasan di atas dapat kami simpulkan bahwa tolong menolong dalam hal kebaikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari, dan juga memiliki manfaat, diantaranya menguatkan hubungan antara sesama muslim, adapun tolong menolong dalam perbuatan maksiat adalah haram, dan akan mendapat dosa sehingga tolong menolong dalam perbuatan maksiat adalah dilarang.


DAFTAR PUSTAKA

Abu Thalhah, Ali bin. Tafsir Ibnu Abbas. Jakarta. Pustaka Azzam. 2012.
Abul Fida’, Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi. E-book Tafsir Ibnu Katsir Juz 6. Bandung. Sinar Baru Algensindo. 2000.
Al-Qurthubi. Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta Selatan. Pustaka Azzam. 2008.
Ibnu Mas’ud. Tafsir Ibnu Mas’ud. Jakarta. Pustaka Azzam. 2009.
Tim Baitul Kilmah. Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur’an dan Hadis Jilid 6. Jakarta. Kamil Pustaka. 2013.
http://ukhuwahislamiah.com/tolong-menolong-dalam-kebaikan-syaikh-syatsry-video/ (di akses pada tanggal 26/10/2014)


[1] Tim Baitul Kilmah, Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur’an dan Hadis Jilid 6, (Jakarta: Kamil Pustaka, 2013) hal 22-23
[2] Ali bin Abu Thalhah, Tafsir Ibnu Abbas, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2012) hal 232
[3] Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2008) hal 114-116
[4] Abul Fida’, Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi, E-book Tafsir Ibnu Katsir Juz 6, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2000) hal 173-175
[5] Ibnu Mas’ud, Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Mas’ud, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009) hal 454-455
[6] Abul Fida’, Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi... hal 176-177
[7] http://ukhuwahislamiah.com/tolong-menolong-dalam-kebaikan-syaikh-syatsry-video/
Suka artikel ini ?

About Anonim

Admin Blog

Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Silakan berkomentar dengan sopan